Cerita Sex Permintaan Ngentot Oleh Teman Dan Suaminya Part 2 – ”Ooogghh, ya, yahh, gitu Gus, enak tuch…” desisnya sambil menyambut ciuman suaminya. Kedua teteknya kuremas sambil terus mengisap, memilin, menyedot pentilnya dengan gerakan bervariasi, kadang-kadang lembut, kadang ganas, hingga Anna menggeliat-geliat dilanda birahi.
Kuteruskan penjelajahan bibirku ke arah perutnya dan turun ke rambut-rambut jembutnya yang halus di atas celah pahanya yang putih. Kembali lidahku bermain di itilnya dan celah-celah toroknya yang mulai basah lagi. Ludahku bercampur dengan lendir kawinnya yang harum. Ciumanku semakin buas turun ke celah-celah antara torok dan duburnya. Ketika mendekati duburnya, lidahku kuruncingkan dan kugunakan mengait-ngait celah-celah duburnya.
”Owww, apa yang kau lakukan Gus? Koq enak banget sich?” jeritnya sambil menaikkan pinggulnya akibat perlakuan lidahku pada duburnya.
”Tenang sayang, nikmati saja” kataku sambil menciumi duburnya dengan bibirku dan menggunakan jari telunjuk kananku untuk memasuki duburnya.
”Sssshhh, aaahhhh, terusin Gus! Yahhhh enakkkkk” desahnya.
Cerita Sex Dicky sudah menciumi tetek Anna dalam posisi terbalik, di mana dadanya diberikan untuk diraba dan diciumi oleh istrinya juga. Mereka berdua mendesah, tetapi kupastikan yang paling dilanda hasrat menggelora adalah Anna, sebab bagian bawah tubuhnya kuciumi habis-habisan, hingga semakin becek toroknya akibat bibir dan lidahku yang tak berhenti melakukan aksinya.
”Sudah, sudah Gus. Ayo, sekarang giliran kamu!” katanya sambil tangannya menarik rambutku perlahan agar menghentikan aksiku pada torok dan duburnya.
Lalu ia membuka kedua belah pahanya lebar-lebar sehingga menampakkan toroknya yang merona merah jambu dengan sangat indahnya. Rambut-rambut jembut halus di atas itil dan toroknya memberikan nuansa romantis yang tak terlukiskan. Tubuh Anna benar-benar bagaikan pualam. Geliatnya begitu erotis, membuat pria manapun takkan mampu menguasai diri untuk tidak menyetubuhinya dalam keadaan begitu rupa.
”Ayo sayang, jangan ragu-ragu membagikan cintamu padaku” rayu Anna sambil terus menciumi dada suaminya yang ada di atas tubuhnya, sedang dadanya masih berada dalam kuluman Dicky, suaminya.
Aku berlutut di antara kedua pahanya dan kontolku kutaruh pelan-pelan menyentuh itilnya. Ia menggelinjang-gelinjang antara geli dan nikmat.
”Ooouggghh, jangan siksa aku dong, masukkan sayangggg!” erangnya.
Aku tidak mengikuti permintaannya, melainkan terus memainkan kontolku menggesek itilnya hingga kurasakan semakin tegang ditekan oleh kepala kontolku. Dengan tangan kananku, kupegang pangkal kontolku dan kusentuhkan juga ke labia toroknya bergantian, kiri dan kanan, lalu sesekali mengusap celah-celah toroknya dengan kepala kontol dari arah itilnya ke bawah.
”Ssshhh, ooohhhh, enak banget sayang… Ayo dong, aku nggak tahan nichhh… Masukin kontolmu Gussss……” Anna memohon.
Tak tahan mendengar permintaannya, kujejalkan kepala kontol ke celah-celah toroknya, tapi tidak semuanya kumasukkan. Tangan kananku masih kupakai untuk menggerakkan kontolku merangsek masuk dan menjelajahi dinding-dinding toroknya, kanan dan kiri. Ia menaik-turunkan pinggulnya menyambut masuknya kontolku.
”Ohhhh, nikmaatttt…” desisnya.
Suaminya memandang ke arahku sambil tersenyum. Kini ia berlutut di sebelah kanan kepala Anna dan memberikan kontolnya untuk dikulum isterinya.
Dengan lembut kumasukkan kontolku makin dalam, perlahan-lahan hingga kontolku masuk sebatas pangkalnya.
”Aaaahhh……” erang Anna lagi.
Kedua tangan Anna menarik tubuhku menindih badannya. Ia melakukan hal itu sambil tetap mengulum kontol suaminya.
Gerakanku menaik turunkan tubuh di atas Anna berlangsung dengan ritme pelan, tetapi kadang-kadang kuselingi dengan gerakan cepat dan dalam.
Berulang-ulang Anna merintih, ”Gila Gus, enak banget kontolmu! Oooouugghhhh… yahh… aaahhh… sedappppp!”
Pinggulnya sesekali naik menyambut masuknya kontolku. Semakin lama gerakan pinggulnya makin tak menentu.
Gerakanku makin cepat dan kuat. Desahannya makin kuat mengarah pada jeritan. Dengan beberapa kali hentakan, kubuat Anna bergetar semakin tinggi menggapai puncak kenikmatan.
”Gusss, terusin… Aaaahhhh, aku dapet lagi, oooouuggghhh!” ia menggeram sambil mengangkat pinggulnya menyambut tekanan kontolku yang kuhunjamkan dalam-dalam ke memeknya.
Jari-jari tangannya memeluk punggungku dengan erat, bahkan cengkeraman kukunya begitu kuat, terasa sakit menghunjam kulitku, tetapi perasaan itu bercampur dengan kenikmatan luar biasa. Kurasakan guyuran cairan kawinnya membasahi kontolku sedemikian rupa dan dinding toroknya berkejat-kejat memijat batang kontolku, hingga tak kuasa kubendung luapan pejuku memasuki rongga toroknya.
”Anna!!!! Ogggghhh, enak banget, sayang!” desahku sambil memeluk erat-erat tubuhnya dan menciumi bibirnya rapat-rapat.
Anna menyambut ciumanku. Kurasakan bibir kami berdua agak dingin, sebab aliran darah kami seakan-akan terdesak ke bagian bawah. Kedua belah pahanya menjepit kedua pahaku dengan kuatnya dan jepitan memeknya seolah-olah ingin mematahkan batang kontolku. Dinding toroknya masih berdenyut-denyut memilin kontolku. Tak terkatakan nikmatnya.
Suaminya tahu diri dan menarik tubuh menyaksikan permainan kami berdua. Lama kami berpelukan dalam posisi berdekapan. Ia tidak mau melepaskan tubuhku. Denyutan toroknya masih terus terasa memijat-mijat batang kontolku, hingga perasaanku begitu nyaman dan damai dalam pelukannya.
Beberapa kali ingin kutarik tubuhku, tapi ia tidak mengijinkan tubuhku meninggalkan tubuhnya. Ia hanya membolehkan tubuhku miring ke kanan, hingga ia pun miring ke kiri. Dengan masih berpelukan dalam keadaan miring, mulutnya masih terus menciumi mulutku.
Bibir kami berpagutan dan lidahnya masuk rongga mulutku menggapai langit-langit mulutku. Kulakukan hal yang sama bergantian dengannya. Beberapa saat kemudian kurasakan cairan kenikmatan kami mengalir di sela-sela pahaku, juga kuperhatikan menetesi pahanya.
kontolku mengecil setelah melakukan tugasku untuk ‘mengawininya’ dengan baik. Aku melepaskan diri dari pelukannya dan berbaring di sebelah sebelah kiri tubuhnya. Suaminya menempatkan diri berbaring di sebelah kanannya. Anna kini diapit oleh dua pria.
Aku menatap langit-langit kamar mereka sambil merenung, betapa gilanya kami bertiga melakukan ini. Aku tak tahu apa yang ada di benak mereka berdua. Elusan jari-jari Anna di tubuhku membuatku tak habis pikir, betapa dahsyat permainan seks perempuan ini. Ia memiliki kekuatan melawan dua pria sekaligus.
Ia mencium bibir suaminya sambil berbisik, ”Mas Dicky, makasih ya atas hadiah ulang tahunnya!”
Lalu ia juga mencium bibirku, menatap dengan mata berkaca-kaca dan berkata, ”Gus, trims buat kadomu. Kami benar-benar berterima kasih padamu.”
Aku tak menjawab, merasa bodoh, tetapi haru menyambut ciumannya disertai tetesan air yang turun ke pipinya. Aku mengusap air matanya sambil memagut bibirnya lembut. Lama kami melakukan hal itu dan kembali berbaring. Anna bangun dan mengambil handuk kecil untuk melap toroknya yang basah oleh cairan kawin kami berdua. Lalu ia kembali berbaring di antara suaminya dan aku.
Suaminya membelai-belai tetek Anna dan memberi tanda agar Anna menaiki tubuhnya. Rupanya suaminya minta dilayani lagi. Anna lalu menempatkan diri di atas tubuh suaminya. Mula-mula ia berjongkok di atas pinggang suaminya dan memasukkan kontol suaminya dengan dibantu oleh tangan kanannya. Setelah kontol tersebut masuk, perlahan-lahan ia menaik-turunkan tubuhnya di atas tubuh suaminya. Suaminya menyambut gerakan Anna sambil meremas-remas teteknya.
Beberapa saat kemudian Anna merebahkan tubuhnya di atas tubuh suaminya. Gerakan mereka makin kuat. Sesekali pantat suaminya terangkat ke atas, sedang Anna menurunkan tubuhnya dan menekan kuat-kuat hingga kontol suaminya menancap dalam-dalam. Aku beringsut menuju bagian bawah tubuh mereka dan memperhatikan bagaimana kontol suaminya masuk keluar torok Anna.
Kudengar suara suaminya, ”Ann, duburmu kan nganggur tuch. Gimana kalau dimasuki kontol Agus seperti yang pernah kulakukan?”
Kudengar suara Anna, ”Ya Mas, aku baru mau usul begitu. Tahu nich, kalian berdua begitu pandai memuaskan aku. Ayo Gus, tusuk duburku dong!” pintanya memohon.
Aku heran juga atas kelakuan suami istri ini, tetapi kupikir mungkin karena Anna pernah di luar negeri, hal-hal begini tidak aneh lagi buatnya. Bagiku memang pengalaman baru. Main dengan perempuan beberapa kali pernah kulakukan, tapi main bertiga begini apalagi mengeroyok torok dan dubur sekaligus, ini benar-benar pengalaman luar biasa bagiku.
Kuamati kemaluan kedua suami istri itu. Perlahan-lahan kuelus-elus torok Anna yang basah oleh lendir birahinya. Jari-jariku kemudian mengarah ke duburnya. Dengan lendir kawinnya kubasahi lubang duburnya. Telunjuk jari kananku kumasukkan pelan-pelan ke dalam duburnya.
”Yaaah gitu Gus, enak tuch… Lebih dalam lagi!!! Ayoooo!!!!” desahnya dengan suara yang serak-serak basah karena dilanda nafsu.
Jariku masuk makin dalam ke duburnya membuat gerakan tubuhnya semakin tak menentu. Dengan toroknya dirojok kontol suaminya dan jariku memasuki duburnya, Anna berkayuh menuju pulau kenikmatan.
”Gusss, jangan cuman jarimu dong, sayang! Sekarang masukin kontolmu… Ayooo dong!!!” pintanya.
Kedua paha Anna berada di bagian luar paha suaminya, membuka lebar-lebar celah toroknya bagi masuknya kontol suaminya. Kutempatkan kedua pahaku menjepit paha Anna. Kepala kontol kubalur dengan air ludahku dan kumasukkan perlahan-lahan ke dalam dubur Anna. Mula-mula agak susah, sebab sempit, tetapi mungkin karena mereka sudah pernah melakukan hal itu, tak terlalu masalah bagi kontolku untuk melakukan eksplorasi ke dalam duburnya.
”Sssshhhh, ohhhh enak banget Gusssss! Terusin yang lebih dalam sayang!” rintihnya.
Aku bergerak makin leluasa memasuk-keluarkan kontolku ke dalam duburnya. Sedang dari bawah, kontol suaminya masuk keluar toroknya. Anna berada di antara tubuh suaminya dan aku, melayani kami berdua sekaligus mengayuh biduk kenikmatan tak terperikan. Gerakan suaminya makin kuat, mungkin tak lama lagi ia akan orgasme. Anna pun semakin liar menggerakkan pinggul dan pinggangnya,
apalagi dari bawah, suaminya menetek pada teteknya secara bergantian. Jeritan Anna yang begitu kuat seperti tadi kembali memenuhi ruangan kamar itu. Namun agaknya tak masalah bagi mereka, sebab rumah mereka begitu besar dan dengan konstruksi yang begitu bagus, suara rintihan dan jeritan kami dari dalam kamar tersebut takkan terdengar keluar.
Kedua tangan Anna memeluk tubuh suaminya erat-erat sambil menekan tubuhnya kuat-kuat hingga kupastikan kontol suaminya telah masuk sampai pangkalnya, sedangkan kontolku kugerakkan berirama ke dalam duburnya.
”Gus, lagi Gus, yang kuat!!” pinta Anna.
Kedua pundak Anna kupegang kuat sambil menghentakkan kontol sedalam-dalamnya ke dalam duburnya. Aneh, kupikir ia akan kesakitan diserang demikian rupa pada duburnya, ternyata sebaliknya, ia malah merasakan kenikmatan luar biasa menyertai kenikmatan hunjaman kontol suaminya.
Kami bertiga secara cepat melakukan gerakan menekan. Suaminya dari bawah, Anna di atasnya menekan ke bawah, aku dari atas tubuh Anna menekan dalam-dalam kontolku ke dalam dubur Anna.
”Massss, oooouggghhhh Gussss… aku dapet lagi! Ouuuggghhhhhhhhhhhh…….. sssshhhhhh…… akkkkhhhhh” jerit Anna.
Kurasakan betapa jepitan duburnya begitu kuat, sama seperti toroknya tadi, menjepit kontolku. Denyut kenikmatan kurasakan begitu hebat.
Tak berapa lama, Anna memintaku melepaskan diri dari suaminya. Ia lalu berlutut tepat di depanku. Semula aku tak mengerti maksudnya. Kuelus-elus punggung, pinggul dan teteknya dari belakang tubuhnya. Tangan kanannya ia mencari kontolku dan mengarahkan kontolku ke duburnya lagi.
”Wah, masih mau lagi dia?” kataku dalam hati.
kontolku kembali memasuki duburnya dalam posisi kami berdua berlutut. Lalu ia mengisyaratkan aku merebahkan tubuh ke belakang. Aku turuti permintaannya dan dengan kontol tetap berada di dalam duburnya, aku berbaring terlentang sedang Anna kini ada di atasku dalam posisi sama-sama terlentang.
Ia mengambil inisiatif bergerak menaik turunkan tubuhnya hingga kontolku masuk keluar dengan bebasnya ke dalam duburnya. Dari atas sana kuamati suaminya bangkit mendekati kami berdua dan kembali mengarahkan kontolnya ke torok Anna. Kini gantian aku yang berada di bawah, Anna di tengah, dan suaminya di atas Anna.
Desahan, rintihan dan jeritan kami silih-berganti dan kadang-kadang bersamaan keluar dari bibir kami bertiga. Tanganku kumainkan meremas-remas tetek Anna dari bawah.
Beberapa saat kemudian, di bawah sana, suaminya berteriak, ”Ayo sayang, aku mau keluar nih!!!!”
”Tunggu sayang” kata Anna.
Dan tiba-tiba ia bangkit hingga kontolku terlepas dari duburnya. Dengan cepat ia tolakkan tubuh suaminya, hingga jatuh terbaring, lalu ia berlutut di antara paha suaminya dan menggenggam kontol suaminya sambil memasuk-keluarkan kontol itu ke dalam mulutnya.
Cairan peju suaminya muncrat mengenai wajah dan mulut Anna, tetapi ia tidak jijik menjilati cairan kenikmatan yang keluar itu. Kuperhatikan ulah Anna terhadap kontol suaminya. kontolku masih tegang menanti giliran berikut.
Anna menoleh ke arahku sambil berkata, ”Gus, masih mau lagi, kan? Ayo, sayang!”
Ia kemudian menungging di depan tubuhku sambil terus menjilati kontol suaminya yang semakin lemas. Kutempatkan tubuh di belakang Anna lalu kumasukkan kembali kontol ke dalam duburnya.
”Gus, ganti-gantian dong masukin kontolmu, jangan hanya duburku. Bergantian torokku juga sayang!” katanya.
”Wah, hebat benar Anna, masih juga ada permintaannya yang begini rupa?” pikirku.
Kucabut kontolku dari duburnya dan kumasukkan ke dalam toroknya yang merah merekah. Lendir kawinnya masih banyak tapi kontolku tetap dijepit kuat sewaktu memasuki toroknya. Usai memasukkan kontol ke toroknya dalam 2-3 kali hunjaman, kucabut lagi dan ganti duburnya kutusuk 2-3 kali. Begitu seterusnya, hingga kudengar kembali ia menjerit pertanda akan orgasme lagi.
”Aaaaggghhh, nikmatnyaaahhhhh…… Gussss!!!! Ooooogggghhhh……” jeritnya kuat sekali.
Jepitan toroknya begitu luar biasa saat jeritannya terdengar, hingga tak bisa lagi kutahan aliran pejuku kembali memasuki kepala kontolku dan keluar tanpa tedeng aling-aling.
”Aaaahhh, Annn… nikmat sekali sayang!” erangku sambil memeluk tubuhnya dari belakang dan meremas-remas kedua teteknya.
Tubuhku masih menghimpit tubuhnya dari belakang, sedangkan Anna masih terus menciumi dan menjilati kontol suaminya. Tak bosan-bosannya ia melakukan itu. Benar-benar pemain seks yang hebat!
Kami bertiga berbaring lunglai dalam keadaan telanjang bulat di ranjang berukuran king size itu. Sprey ranjang sudah kusut dan di sana-sini lelehan cairan kenikmatan kami bertiga bertebaran. Aku benar-benar lelah dan ngantuk hingga tertidur.
Lewat tengah malam, kurasakan jilatan lidah pada kontolku. Dengan mata berat, kutoleh ke bawah, kulihat Anna sudah menciumi dan menjilati kontolku kembali. Di sebelahku suaminya tertidur nyenyak. kontolku yang lemas, kembali tegang karena perlakuan lidah dan mulut Anna. Melihat keadaan itu, Anna senang dan mengajakku main lagi.
Anna menempatkan pinggulnya di tepi ranjang, kedua kakinya berjuntai ke bawah hingga terpampanglah belahan toroknya yang merekah. Entah sudah berapa kali tusukan suaminya dan aku telah dialami torok ini, tetapi seakan tak kenal lelah dan memiki kemampuan ‘tempur’ yang dahsyat.
Sambil menempatkan diri di depannya, kontolku kuarahkan kembali memasuki toroknya. Anna yang berbaring kembali merintih saat kontol kumainkan di itil dan toroknya. Geliat pinggulnya begitu erotis menyambut hunjaman kontolku.
Gerakan kami berdua semakin cepat, hingga akhirnya tubuhku ia tarik kuat-kuat menjatuhi tubuhnya. kontolku masuk sedalam-dalamnya menikmati remasan dinding toroknya. Aku belum dapat lagi, sehingga kontolku masih tetap tegang. Kami berdua masih berpelukan dalam posisi tersebut.
Anna berbisik di telingaku, ”Gus, lihat nggak tadi. Suamiku bisa main beberapa ronde, padahal biasanya satu ronde saja ia sudah menyerah. Mungkin karena ada teman mainnya, jadi semangat dia.”
Aku tidak menjawab.
Ia melanjutkan, ”Ngomong-ngomong kontolmu koq kuat banget sih, main beberapa ronde, koq kuat betul? Kau suka minum obat kuat ya? Atau kau sudah pengalaman main sama perempuan nich?” desaknya.
”Ah, aku bisa kuat gini kan karena Anna. Abis kamu dulu tolak cintaku sih” jawabku.
”Tapi sekarang kamu bisa menikmati tubuhku juga walau aku sudah bersuami, kan?” rajuknya.
”Iya, tapi bagaimanapun Dicky masih suami kamu?
Kamu bukan nyonya Agus, kan?” balasku.
”Sudahlah, yang penting hatiku dan tubuhku bisa kau miliki juga di samping suamiku” katanya menutup pembicaraan kami, sambil menciumi bibirku lagi.
Aku terdiam dan bangkit berdiri.
”Mau ke mana, Gus?” tanyanya melihatku berjalan keluar kamar.
”Aku mau duduk di luar dulu” kataku sambil melangkah keluar.
Aku memungut celana dalamku dan duduk di ruang tempat kami nonton video tadi. Beberapa saat kemudian kulihat Anna menyusulku, masih dalam keadaan telanjang bulat. Ia duduk di sebelahku.
”Ada apa, Gus? Kamu tersinggung atas kata-kataku tadi?” tanyanya.
”Nggak An. Aku cuma tak habis pikir, koq bisa-bisanya aku melakukan hal ini pada kamu yang sudah bersuami dan suamimu mengijinkan” kataku sambil menatap wajahnya.
”Gus, hidup ini memang penuh misteri” katanya berfilsafat.
”Yang penting, kita menjalaninya dengan tenang dan damai. Bahkan kamu dapat pahala dengan memberikan kebahagiaan buatku dan suamiku.
Atau kamu nyesel atas kejadian ini” desaknya sambil membelai wajahku.
”Tidak sayang, aku tidak menyesal. Yang kupikirkan bagaimana jika aku tak mampu melepaskan diri darimu sebab dulu pernah mencintaimu” kataku sambil menciumi rambutnya.
Anna merebahkan kepalanya di pangkuanku dan jari-jarinya bermain lembut di pahaku, bisiknya, ”Aku hanya menjalani hidup ini Gus. Suamiku tahu kalau aku benar-benar ingin punya anak, tapi ia tidak bisa menghamiliku.
Kami sudah lama membicarakan dirimu dan menimbang segalanya. Aku, kelak kau menikah dengan gadis baik, yang bisa memberikanmu kebahagiaan seutuhnya.”
Jari-jarinya terus menelusuri setiap inci pahaku hingga kurasakan kontolku kembali menegang.
”An, aku mau tanya satu hal. Kuharap kau tidak tersinggung” kataku.
”Koq kau begitu ahli main, sampai main anal segala?” tanyaku.
”Oh itu. Kamu tidak usah curiga. Jenuh menunggu anak tidak kunjung ada, kami berdua suka mencoba-coba berbagai posisi.
Tadinya sih atas anjuran dokter, mana tahu bisa jadi. Lama-lama setelah suamiku mau periksa ke dokter, baru ketahuan kalau bibitnya lemah, sehingga tak bisa membuahi rahimku. Tapi kami sudah telanjur suka posisi macem-macem. Begitulah ceritanya Gus!” katanya.
Aku tidak menanggapi kalimatnya dengan kata-kata, tetapi mengangkat dagunya dan mencium bibirnya. Ciuman membara yang kembali terjadi di antara kami membuat kami berdua kembali hanyut dalam gelora asmara. Jari-jarinya bermain di dadaku sedangkan jari-jariku membelai tubuhnya. Ia berlutut ia antara pahaku dan kembali mencium dan menjilati kontolku sehingga mencapai ketegangan puncak.
”Gimana Gus, kamu mau main lagi kan?” tanyanya sambil memandang wajahku.
”Ya sayang, tapi kamu tidak capek?” tanyaku kembali.
”Nggak Gus, demi kamu, aku mau lagi” jawabnya.
Anna berbaring di sofa panjang dan ketika aku akan menindihnya dari atas ia melarangku.
”Kenapa, An?” tanyaku tak mengerti.
”Ntar dulu, kita coba posisi ini. Kau pasti suka deh!” katanya.
Ia turun dari sofa ke karpet di bawah, lalu ia tarik kedua kakinya ke arah kepalanya, kedua tangannya menahan belakang lututnya hingga kembali toroknya terpampang lebar-lebar menantikan kedatangan kontolku. Aku memasukkan kontol ke dalam toroknya sambil menikmati posisi tersebut.
Sambil memasuk-keluarkan kontolku ke dalam toroknya, kuamati Anna semakin menarik bagian bawah tubuhnya ke atas sedemikian rupa hingga pinggulnya agak terangkat. Aku mulai paham maksudnya. Dengan posisi berlutut, aku memasukkan kontolku ke toroknya. Hunjaman kontol agak berat kurasa dengan posisi itu, tetapi nikmatnya tak terkatakan.
Beberapa saat kami mempertahankan posisi itu, lalu ia berkata, ”Gus, pegang tanganku.”
Kutarik kedua tangannya dan tubuhnya melekat erat di tubuhku hingga teteknya begitu terasa kenyal menghimpit dadaku.
”Gus, kamu kuat nggak jika berdiri sekarang?” bisiknya pelan di telingaku.
Aku tidak menjawab, tapi berusaha berdiri sambil menapakkan kedua tanganku di belakang tubuh. Akhirnya kami berdua berdiri dengan posisi saling menempel. Tiba-tiba kedua kakinya ia angkat tinggi dan memeluk kedua pahaku.
Untungnya tubuh Anna langsing, sehingga aku kuat dibebani oleh tubuhnya dengan cara demikian. Sambil memeluk leherku erat-erat, ia menaik-turunkan tubuhnya hingga torokanya turun naik di atas kontolku. Kupegang erat kedua bongkah pantatnya sambil menghunjamkan kontol ke dalam toroknya.
”Gus, jalan yuk” bisiknya lagi.
Aku menurut saja kata-katanya. Kulangkahkan kaki selangkah demi selangkah mengitari ruangan itu sambil menikmati naik-turunnya tubuh Anna menghunjam kontolku. Baru kuingat, inilah yang disebut dalam kamasutra sebagai posisi monyet menggendong anaknya.
Kami melakukan hal itu agak lama dan kemudian ia berkata, ”Gus, aku udah mau dapet lagi. Turunkan aku dong!”
Kuturunkan tubuhnya dan ia mengambil posisi berlutut menghadap sofa sambil memintaku memasuki tubuhnya dari belakang. Kuarahkan kontol ke toroknya lalu memaju-mundurkan tubuhku sambil meremas-remas kedua teteknya dari belakang.
Erangan Anna semakin kuat ketika hunjaman kontolku semakin cepat masuk-keluar toroknya. Aku tidak ingat sudah berapa lama kami melakukan itu, ketika tiba-tiba kurasakan dinding toroknya kembali berdenyut-denyut tanda akan orgasme lagi.
”Guuuussss… Aaaauuuukhhhhhh nikmatnya sayanggggg!!!” jeritnya sambil menghempaskan pantatnya kuat-kuat ke arah pahaku.
Cairan toroknya begitu banyak kurasakan.
”Ann, koq banyak banget cairanmu?” tanyaku heran.
Masih dengan napas tersengal-sengal, ia menjawab, ”Gus, akh, eeeh… aku kadang-kadang bisa orgasme sambil keluar pipis. Kalau benar-benar birahi, itu yang kualami. Dengan Dicky kejadian begini amat jarang, tapi denganmu koq bisa begitu mudah kurasakan? Maaf ya Gus, jadi becek gini” katanya.
”Kamu jadi nggak bisa orgasme dengan beceknya torokku. Pake duburku lagi dech” lanjutnya.
Kutempatkan tubuhnya di sofa dan kuangkat kedua kakinya ke atas sambil mengarahkan kontol ke duburnya yang basah akibat tetesan cairannya. Kepala kontolku masuk sedikit demi sedikit. Kumasukkan hingga leher kontolku. Pada tahap itu, kukeluarkan lagi kontolku. Demikian seterusnya masuk keluar.
Ia merengek, ”Gus, masukkan lebih dalam dong! Jangan siksa aku, aku jadi mau dapat lagi nih karena kepandaian kamu main!”
Kutekan kontolku masuk keluar makin dalam ke duburnya, sementara kedua tanganku menahan kedua kakinya yang terpentang lebar-lebar. Jari-jari tangan kanannya menampar-nampar labia toroknya dan sesekali memilin-milin itilnya, sedangkan tangan kirinya meremas-remas kedua teteknya bergantian.
”Kasihan juga perempuan ini, andaikan suaminya bangun, ia sudah bisa membantu meremas tetek dan menyentuh toroknya” pikirku.
Kami berdua semakin cepat melakukan gerakan, geliat pinggulnya begitu seksi ketika hunjaman kontolku semakin cepat ke dalam duburnya. Dengan suatu sentakan kuat, kumasuki liang duburnya sedalam-dalamnya dan kunikmati denyutan duburnya yang begitu kuat hingga kurasakan seakan-akan pejuku tertahan akibat jepitan hebatnya.
Aku merasa tersiksa atas keadaan itu, dan dengan cepat kucabut kontolku tanpa menghiraukan protesnya, ”Ada apa, Gus? Keluarin aja di situ!”
Cairan pejuku hampir saja muncrat di luar tubuhnya, karena aku sudah mencapai puncak kenikmatan. Kulihat toroknya masih membuka lebar, kupentang kedua pahanya dan kembali kontol kubenamkan dalam-dalam memasuki rongga toroknya. Denyutan toroknya masih terasa begitu kencang tetapi karena begitu banyak cairannya, jepitannya tak sekencang duburnya. Sambil mengerang kuhunjamkan kontolku sedalam-dalamnya.
”Guuusss, gila kamuuuuu… enak banget sihhhhhh?” jeritnya sambil memeluk pinggangku kuat-kuat dan merasakan kukunya lagi-lagi menancap di bagian belakang tubuhku.
Tak terasa kami berdua main dua ronde lagi di ruang keluarga itu. Dan tertidur dalam keadaan berpelukan dengan bertelanjang bulat di karpet. Kami baru terbangun ketika merasakan silau cahaya matahari memasuki celah-celah gordyn ruangan itu.
Anna terbangun, hingga membuatku juga ikut terbangun. Kami berdua berdiri sambil berciuman lagi. Sambil menggandeng tanganku, Anna mengajakku menuju kamar tidur mereka dan kami menyaksikan suaminya masih tidur nyenyak. Anna mengajakku mandi berdua di kamar mandi di kamar mereka.
Kami berdua mandi di bathtub saling menyabuni tubuh dan kembali bersenggama satu ronde di dalam air. Luar biasa. Entah sudah berapa kali orgasme yang Anna nikmati. Ketika kami keluar dari kamar mandi, suaminya masih tidur, sampai Anna membangunkannya dengan ciuman lembut. Setelah suaminya mandi, kami sarapan bertiga.
Suaminya minta maaf karena begitu nyenyak tidur. Anna menukas, ”Nggak apa-apa koq Mas. Agus maklum dan ia bisa melayani permintaanku main lagi di ruang keluarga dan di kamar mandi.”
”Luar biasa. Kalian berdua benar-benar hebat” puji suaminya tanpa rasa cemburu sedikit pun.
”Gus, aku sangat berterima kasih atas kedatanganmu. Belum pernah kulihat Anna segembira ini” lanjutnya.
”Kuharap ini bukan yang terakhir kali kita bertiga,
walaupun tadinya aku merasa aneh dengan ide gilanya Anna mengajak kamu main dengan kami. Setelah kualami sendiri, ternyata amat nikmat. Aku sendiri merasa seakan-akan menjadi pengantin baru kayak dulu lagi” katanya lagi.
Aku hanya tersenyum menanggapi percakapan itu.
Itulah pengalamanku pertama kali bertiga dengan Anna dan suaminya. Beberapa kali kami masih melakukan hal serupa. Kadang-kadang Anna memintaku tidur di rumahnya ketika suaminya tugas selama tiga minggu di luar negeri. Tiada hari tanpa persetubuhan yang kami lakukan berdua.
Uniknya lagi, saat suaminya menelepon dari luar negeri, Anna sengaja mengaktifkan headphone agar suaminya dapat mendengar desahan dan rintihan kami. Entah apa yang dilakukan suaminya di ujung sana, tapi ia berterima kasih kepadaku yang mau membantu mereka. Hal itu kami lakukan cukup lama.
Pernah Anna mengajak aku dan suaminya main bersama seorang teman perempuannya waktu kuliah di Australia. Henny namanya, orang Sunda. Orangnya tidak secantik Anna, tetapi manis. Sudah menikah tetapi juga sama dengan Anna, belum punya anak.
Akhirnya aku mengerti bahwa baik Anna maupun Henny adalah biseks. Mereka bulan lesbian murni, tetap menginginkan lelaki, tetapi tak bisa melupakan teman intimnya dulu. Kisah ini akan kuceritakan di saat berikut.
Suami Anna sangat berterima kasih, ketika setahun kemudian meneleponku memberitahukan bahwa Anna sedang hamil dua bulan. Ia memintaku datang ke rumah mereka, tetapi aku mengelak dengan alasan sedang ada kerjaan kantor yang tak dapat ditinggalkan. Padahal, aku tak kuasa menahan gejolak di hati, bahwa benih yang dikandung Anna adalah anakku. Aku hanya dapat berharap mereka bahagia dengan kehadiran anak itu.
Tiga tahun kemudian aku menikah dengan seorang gadis Jawa. Ia tidak secantik Anna, tidak juga semanis Henny, tetapi ia mencintaiku dengan tulus dan mau menerima diriku apa adanya. Pernah Anna meneleponku karena rindu lama tak bertemu denganku dan bertanya apakah aku tidak ingin melihat anakku yang pernah ia kandung.
Aku katakan rindu, tetapi tak kuasa bertemu mereka. Hanya berharap mereka bahagia dan rukun selalu. Mendengar kata-kataku, Anna terisak di telepon dan berharap, jika suatu ketika aku mau bertemu dengannya, Dicky tak pernah cemburu, bahkan jika aku memintanya, ia akan melayaniku lagi. TAMAT