Cerita Sex Payudara Montok Tante Buat Horny Part 2 – Aku langsung merebahkan diri di samping Tante Karin, kubelai rambut Tante Karin lalu bibir kami beradu dalam percumbuan yg penuh nafsu.
Kedua lidah kami saling melilit, perlahan-lahan tanganku meraba dan mempermainkan pentil dan payudaranya. Tdk berapa lama kemudian tampaknya Tante Karin sudah mulai naik lagi.
Nafasnya mulai memburu dan tangannya meraba-raba k0ntolku dan meremas-remas kedua buah bola pingpongku.
Cerita Sex “Doni sayang… sekarang gantian tante yg bikin kamu puas ya…” katanya sambil mengarahkan kepalanya ke arah selangkanganku.
Tdk berapa lama kemudian Tante Karin mulai menjilati k0ntolku, mulai dari arah pangkal kemudian perlahan-lahan sampai ke ujung. Dipermainkannya kepala k0ntolku dengan lidahnya.
Wow.. nikmat sekali rasanya… tanpa sadar aku mulai melenguh-lenguh keenakan. Kemudian seluruh k0ntolku dimasukkan ke dalam mulutnya.
Tante Karin mengemut dan sekaligus mempermainkan batang kemaluanku dengan lidahnya. Kadang dihisapnya k0ntolku kuat-kuat sehingga tampak pipinya cekung.
Kurasakan permainan oral Tante Karin sungguh luar biasa, sementara dia mengulum k0ntolku dengan penuh nafsu seluruh tubuhku mulai bergetar menahan nikmat.
Aku merasakan k0ntolku mengeras dan membesar lebih dari biasanya, aku ingin mengeluarkan seluruh isinya ke dalam meki Tante Karin.
Aku sangat ingin merasakan nikmatnya meki seorang waKarin untuk pertama kali….
“Tante… Doni pengen masukin ke punya tante… ” kataku sambil mencoba melepaskan k0ntolku dari mulutnya.
Tante Karin mengangguk setuju, lalu ia membiarkan k0ntolku keluar dari mulutnya.
“Terserah Doni sayang… keluarin aja semua isinya ke dalam veggie tante… tante juga udah pengen banget ngerasain punya kamu di dalam sini….” Perlahan kurebahkan Tante Karin disebelahku, Tante Karin langsung membuka kedua pahanya mempersilahkan k0ntolku masuk.
Samar-samar kulihat belahan mekinya yg merah.
Dengan perlahan kubuka belahan mekinya dan tampaklah lubang meki Tante Karin yg begitu indah dan menggugah birahi dan membuat jantungku berdetak keras.
Aku takut kehilangan kontrol melihat pemandangan yg baru pertama kali aku alami, aku berusaha keras mengatur nafasku supaya tdk terlarut dalam nafsu….
Perlahan-lahan kupermainkan klitorisnya dengan jempol sementara jari tengahku masuk ke lubang mekinya. Tdk berapa lama kemudian Tante Karin mulai menggerak-gerakkan pinggulnya,
“Doni sayang.. masukin punyamu sekarang, tante udah siap…” Kuarahkan k0ntolku yg sudah mengeras ke lubang mekinya, aku sudah begitu bernafsu ingin segera menghujamkan batang k0ntolku ke dalam meki Tante Karin yg hangat.
Tapi mungkin karena ini pengalaman pertamaku aku agak kesulitan untuk memasukkan k0ntolku. Rupanya Tante Karin menyadari kesulitanku.
Dia memandangku dengan tersenyum…..
“Ini pengalaman pertama ya Don….”
“Iya tante….” jawabku malu-malu.
“Tenang aja… nggak usah buru-buru… tante bantu…” katanya sambil memegang k0ntolku.
Diarahkannya kepala k0ntolku ke dalam lubang mekinya sambil tangan yg lain membuka bibir mekinya, lalu dengan sedikit dorongan ke depan…masuklah kepala k0ntolku ke dalam mekinya.
Rasanya hangat dan basah…. sensasinya sungguh luar biasa. Akhirnya perlahan tapi pasti kubenamkan seluruh k0ntolku ke dalam meki Tante Karin, aah.. nikmatnya.
“Aaahh…Donii.. eemh…” Tante Karin berbisik perlahan, dia juga merasakan kenikmatan yg sama.
Sekalipun sudah diatas 40 tahun meki Tante Karin masih terasa sempit, dinding-dindingnya terasa kuat mencengkeram k0ntolku. Aku merasakan mekinya seperti meremas k0ntolku dengan gerakan yg berirama. Luar biasa nikmat rasanya….
Perlahan kugerakkan pinggulku turun naik, Tante Karin juga tdk mau kalah, pinggulnya bergerak turun naik mengimbangi gerakanku.
Tangannya mencengkeram erat punggungku dan tanganku membelai rambutnya sambil meremas-remas payudaranya yg empuk. Sementara itu bibir kami berpagutan dengan liar….
Baru beberapa menit saja aku sudah mulai merasa seluruh tubuhku bergetar dijalari sensasi nikmat yg luar biasa… maklumlah ini pengalaman pertamaku… kelihatannya tdk lama lagi aku akan mencapai puncak orgasme.
“Tante…Doni sudah hampir keluar…. aaah…uuh…” kataku berusaha keras menahan diri.
“Terusin aja Don… kita barengan yaa…. tante juga udah mau keluar… aahh… Doni… tusuk yg kuat Don… tusuk sampai ujung sayang… mmhh….”
Kata-kata Tante Karin membuatku makin bernafsu dan aku menghujamkan k0ntolku berkali-kali dengan kuat dan cepat ke dalam mekinya.
“Aduuh…Doni udah nggak tahan lagi…”.
Aku benar-benar sudah tdk dapat mengendalikan diri lagi, pantatku bergerak turun naik makin cepat dan k0ntolku terasa membesar dan berdenyut-denyut bersiap mencapai puncak di dalam meki Tante Karin.
Sementara itu Tante Karin juga hampir mencapai orgasmenya yg kedua. “Ayoo Don… tante juga mau…ahhhh…ahhh kamu ganas sekali……. aaaahhh….
Doniii…. sekarang Don…. keluarin sekarang Don… tante udah nggak tahan…mmmhhh”. Tante Karin juga mulai kehilangan kontrol, kedua kakinya dijepitkan melingkari pinggulku dan tangannya mencengkeram keras punggungku.
Dan kemudian aku melancarkan sebuah tusukan akhir yg maha dahsyat…
“Tante…aaaa…aaaagh….Doni keluaaaar…..aagh..” aku mendesah sambil memuncratkan seluruh spermaku ke dalam liang kenikmatan Tante Karin. Bersamaan dengan itu Tante Karinpun mengalami puncak orgasmenya,
“Doniii….aduuuh……tante jugaa….aaaah… I’m cumming honey… aaaahh…..aah….” Kami berpelukan lama sekali sementara k0ntolku masih tertanam dengan kuat di dalam meki Tante Karin.
Ini sungguh pengalaman pertamaku yg luar biasa…. aku betul-betul ingin meresapi sisa-sisa kenikmatan persetubuhan yg indah ini. Akhirnya aku mulai merasakan kelelahan yg luar biasa, seluruh persendianku terasa lepas dari tempatnya.
Kulepaskan pelukanku dan perlahan-lahan kutarik k0ntolku yg mulai sedikit melemah karena kehabisan energi. Lalu aku terbaring lemas di sebelah Tante Karin yg juga tergolek lemas dengan mata masih terpejam dan bibir bawahnya sedikit digigit.
Kulihat dari celah mekinya cairan spermaku meleleh melewati sela-sela pahanya. Rupanya cukup banyak juga spermaku muntah di dalam Tante Karin. Tak lama kemudian Tante Karin membuka matanya dan tersenyum padaku,
“Gimana sayang…enak?” katanya sambil menyeka sisa spermaku dengan handuk. Aku hanya mengangguk sambil mengecup bibirnya.
“Tante nggak nygka kalau kamu ternyata baru pertama kali “making-love”. Soalnya waktu “fore-play” tadi nggak kelihatan, baru waktu mau masukin k0ntol tante tahu kalau kamu belum pengalaman. By the way, Tante senang sekali bisa dapat perjaka ting-ting seperti kamu.
Tante betul-betul menikmati permainan ini. Kapan-kapan kalau ada kesempatan kita main lagi mau Don…?” Aku hanya diam tersenyum, betapa tololnya kalau aku jawab tdk.
Tante Karin membaringkan kepalanya di dadaku, kami terdiam menikmati perasaan kami masing-masing selama beberapa saat. Tapi tdk sampai 5 menit, energiku mulai kembali.
Tubuh waKarin matang yg bugil dan tergolek dipelukanku membuat aku kembali terangsang, perlahan-lahan k0ntolku mulai membesar. Tangan kananku kembali meraba payudara Tante Karin dan membelainya perlahan.
Dia memandangku dan tersenyum, tangannya meraih k0ntolku yg sudah kembali membesar sempurna dan digenggamnya erat-erat. “Sudah siap lagi sayang…? Sekarang tante mau di atas ya…?” katanya sambil mengangkangi aku.
Dibimbingnya k0ntolku ke arah lubang mekinya yg masih basah oleh spermaku. Kali ini dengan lancar k0ntolku langsung meluncur masuk ke dalam meki Tante Karin yg sudah sangat basah dan licin.
Kini Tante Karin duduk diatas badanku dengan k0ntolku terbenam dalam-dalam di mekinya. Tangannya mencengkeram lenganku dan kepalanya menengadah ke atas dengan mata terpejam menahan nikmat.
“Aahh…Doni… k0ntolmu sampai ke ujung… uuh…. mmhh… aahhh” katanya mendesah-desah.
Gerakan Tante Karin perlahan tapi penuh energi, setiap dorongannya selalu dilakukan dengan penuh energi sehingga membuat k0ntolku terasa masuk begitu dalam di liang mekinya.
Pantat Tante Karin terus bergerak naik turun dan berputar-putar, kadang-kadang diangkatnya cukup tinggi sehingga k0ntolku hampir terlepas lalu dibenamkan lagi dengan kuat.
Sementara itu aku menikmati goyangan payudaranya yg terombang-ambing naik-turun mengikuti irama gerakan binal Tante Karin. Kuremas-remas payudaranya dan kupermainkan pentilnya sehingga membuat Tante Karin makin bergairah.
Gerakan Tante Karin makin lama makin kuat dan dia betul-betul melupakan statusnya sebagai seorang istri dosen yg terhormat. Saat itu dia menampilkan dirinya yg sesungguhnya dan apa adanya…
seorang waKarin yg sedang dalam puncak birahi dan haus akan kenikmatan. Akhirnya gerakan kami mulai makin liar dan tak terkontrol…
“Doni… tante sudah mau keluar lagi…. aaah… mmmhh.. uuuughhh…”
“Ayoo tante… Doni juga udah nggak tahan…” Akhirnya dengan sebuah sentakan yg kuat Tante Karin menekan seluruh berat badannya ke bawah dan k0ntolku tertancap jauh ke dalam liang mekinya sambil memuncratkan seluruh muatan…
Tangan Tante Karin mencengkeram keras dadaku, badannya melengkung kaku dan mulutnya terbuka dengan gigi yg terkatup rapat serta matanya terpejam menahan nikmat.
Setelah beberapa saat akhirnya Tante Karin merebahkan tubuhnya di atasku, kami berdua terkulai lemas kelelahan. Malam itu untuk pertama kalinya aku tidur di dalam kamar Tante Karin karena dia tdk mengijinkan aku kembali ke kamar.
Kami tidur berdekapan tanpa sehelai busanapun. Pagi harinya kami kembali melakukan persetubuhan dengan liar… Tante Karin seolah-olah ingin memuaskan seluruh kerinduannya akan kenikmatan yg jarang didapat dari suaminya.
Semenjak saat itu kami sering sekali melakukannya dalam berbagai kesempatan. Kadang di kamarku, kadang di kamar Tante Karin, atau sesekali kami ganti suasana dengan menyewa kamar hotel di daerah Lembang untuk kencan short-time.
Kalau aku sedang “horny” dan ada kesempatan, aku mendatangi Tante Karin dan mengelus pantatnya atau mencium lehernya. Kalau OK Tante Karin pasti langsung menggandeng tanganku dan mengajakku masuk ke kamar.
Sebaliknya kalau Tante Karin yg “horny”, dia tdk sungkan-sungkan datang ke kamarku dan langsung menciumi aku untuk mengajakku bercinta.
Semenjak berhasil merenggut keperjakaanku Tante Karin tdk lagi cemberut dan uring-uringan kalau Om Iwan pergi tugas mengajar ke luar kota.
Malah kelihatannya Tante Karin justru mengharapkan Om Iwan sering-sering tugas di luar kota karena dengan demikian dia bisa bebas bersamaku.
Dan akupun juga semakin betah tinggal di rumah Tante Karin. Pernah suatu malam setelah Om Iwan berangkat keluar kota, Tante Karin masuk ke kamarku dengan mengenakan daster.
Dipeluknya aku dari belakang dan tangannya langsung menggeraygi selangkanganku. Aku menyambut dengan mencumbu bibirnya dan membaringkannya di tempat tidur.
Saat kuraba payudaranya ternyata Tante Karin sudah tdk memakai BH, dan ketika kuangkat dasternya ternyata dia juga tdk memakai celana dalam lagi. Bibir mekinya tampak merah dan bulu-bulunya basah oleh lendir.
Samar-samar kulihat sisa-sisa lelehan sperma dengan baunya yg khas masih tampak disana, rupanya Tante Karin baru saja bertempur dengan suaminya dan Tante Karin belum merasa puas.
Langsung saja kubuka celanaku dan k0ntol yg sudah mengeras langsung menyembul menantang minta dimasukkan ke dalam liang kenikmatan.
Tante Karin menanggapi tantangan k0ntolku dengan mengangkangkan kakinya. Ia langsung membuka bibir mekinya dengan kedua tangannya sehingga tampaklah belahan lubang mekinya yg merekah merah.
“Masukin punyamu sekarang ke lubang tante sayang…..” katanya dengan nafas yg berat dan mata sayu.
Karena aku rasa Tante Karin sudah sangat “horny”, tanpa banyak basa-basi dan “foreplay” lagi aku langsung menancapkan batang k0ntolku ke dalam meki Tante Karin dan kami bergumul dengan liar selama hampir 5 jam!
Kami bersetubuh dengan berbagai macam gaya, aku diatas, Tante Karin diatas, doggy-style, gaya 69, kadang sambil berdiri dengan satu kaki di atas tempat tidur, lalu duduk berhadapan di pinggir ranjang,
atau berganti posisi dengan Tante Karin membelakangi aku, sesekali kami melakukan di atas meja belajarku dengan kedua kaki Tante Karin diangkat dan dibuka lebar-lebar, dan masih banyak lagi.
Aku tdk ingat apa masih ada gaya persetubuhan yg belum kami lakukan malam itu. Dinginnya hawa Dago Utara di waktu malam tdk lagi kami rasakan, yg ada hanya kehangatan yg menggetarkan dua insan dan membuat kami basah oleh keringat yg mengucur deras.
Begitu liarnya persetubuhan kami sampai-sampai aku mengalami empat kali orgasme yg begitu menguras energi dan Tante Karin entah berapa kali.
Yg jelas setelah selesai, Tante Karin hampir tdk bisa bangun dari tempat tidurku karena kakinya lemas dan gemetaran sementara mekinya begitu basah oleh lendir dan sangat merah.
Seingatku itulah malam paling liar diantara malam-malam liar lain yg pernah kulalui bersama Tante Karin.
Petualanganku dengan Tante Karin berjalan cukup lama, 2 tahun, sampai akhirnya kami merasa Om Iwan mulai curiga dengan perselingkuhan kami.
Sebagai jalan terbaik aku memutuskan untuk pindah kos sebelum keadaan menjadi buruk. Tetapi meskipun demikian, kami masih tetap saling bertemu paling sedikit sebulan sekali untuk melepas rindu dan nafsu.
Hal ini berjalan terus sampai aku lulus kuliah dan kembali ke Jakarta. Bahkan sekarang setelah aku beristri, kalau sedang mendapat
tugas ke Bandung aku masih menyempatkan diri menemui Tante Karin yg nafsu dan gairahnya seolah tdk pernah berkurang oleh umurnya yg kini sudah kepala lima.
Tamat.