Cerita Sex Payudara Montok Tante Buat Horny Part 1 – Kali ini Aku akan menceritakan kisah saat Nafsuku dibuat Bergelonjak tidak karuan karna melihat Montoknya Toket Tante girang. Mau tahu kelanjutan ceritanya? Langsung aja yuk baca dan simak baik-baik cerita dewasa ini.
sewaktu aku masih kuliah sebagai mahasiswa teknik di Bandung tahun 90-an. Kejadiannya sendiri akan kuceritakan apa adanya, tetapi nama-nama dan lokasi aku ubah untuk menghormati privasi mereka yg terlibat.
Menginjak tahun kedua kuliah, aku bermaksud pindah tempat kos yg lebih baik. Ini biasa, mahasiswa tahun pertama pasti dapat tempat kos yg asal-asalan. Baru tahun berikutnya mereka bisa mendapat tempat kos yg lebih sesuai selera dan kebutuhan.
Cerita Sex Setelah “hunting” yg cukup melelahkan akhirnya aku mendapatkan tempat kos yg cukup nyaman di daerah Dago Utara. Untuk ukuran Bandung sekalipun, daerah ini termasuk sangat dingin apalagi di waktu malam.
Kamar kosku berupa paviliun yg terpisah dari rumah utama. Ada dua kamar, yg bagian depan diisi oleh Sahat, mahasiswa kedokteran yg kutu buku dan rada cuek. Aku sendiri dapat yg bagian belakang, dekat dengan rumah utama.
Bapak kosku, Om Iwan adalah seorang dosen senior di beberapa perguruan tinggi. Istrinya, Tante Karin, waKarin yg cukup menarik meskipun tdk terlalu cantik.
Tingginya sekitar 163 cm dengan perawakan yg sedang, tdk kurus dan tdk gemuk. Untuk ukuran seorang waKarin dengan 2 anak, tubuh Tante Karin cukup terawat dengan baik dan tampak awet muda meski sudah berusia di atas 40 tahun.
Maklumlah, Tante Karin rajin ikut kelas aerobik. Kedua anak mereka kuliah di luar negeri dan hanya pulang pada akhir tahun ajaran.
Karena kesibukannya sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi, Om Iwan agak jarang di rumah. Tapi Tante Karin cukup ramah dan sering mengajak kami ngobrol pada saat-saat luang sehingga aku pribadi merasa betah tinggal di rumahnya.
Mungkin karena Sahat agak cuek dan selalu sibuk dengan kuliahnya, Tante Karin akhirnya lebih akrab denganku. Aku sendiri sampai saat itu belum pernah berpikir untuk lebih jauh dari sekedar teman ngobrol dan curhat. Tapi rupanya tdk demikian dengan Tante Karin….
“Doni, kamu masih ada kuliah hari ini?”, tanya Tante Karin suatu hari.
“Enggak tante…”
“Kalau begitu bisa anterin tante ke aerobik?”
“Oh, bisa tante…” Tante Karin tampak seksi dengan pakaian aerobiknya, lekuk-lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas.
Kamipun meluncur menuju tempat aerobik dengan menggunakan mobil Kijang Putih milik Tante Karin.
Di sepanjang jalan Tante Karin banyak mengeluh tentang Om Iwan yg semakin jarang di rumah.
“Om Iwan itu egois dan gila kerja, padahal gajinya sudah lebih dari cukup tapi terus saja menerima ditawari jadi dosen tamu dimana-mana…”
“Yach, sabar aja tante.. itu semua khan demi tante dan anak-anak juga,” kataku mencoba menghibur.
“Ah..Doni, kalau orang sudah berumah tangga, kebutuhan itu bukan cuma materi, tapi juga yg lain. Dan itu yg sangat kurang tante dapatkan dari Om.” Tiba-tiba tangan Tante Karin menyentuh paha kiriku dengan lembut,
“Biarpun begini, tante juga seorang waKarin yg butuh belaian seorang laki-laki… tante masih butuh itu dan sayangnya Om kurang peduli.” Aku menoleh sejenak dan kulihat Tante Karin menatapku dengan tersenyum.
Tante Karin terus mengelus-elus pahaku di sepanjang perjalanan. Aku tdk berani bereaksi apa-apa kecuali, takut membuat Tante Karin tersinggung atau disangka kurang ajar.
Keluar dari kelas aerobik sekitar jam 4 sore, Tante Karin tampak segar dan bersemangat. Tubuhnya yg lembab karena keringat membuatnya tampak lebih seksi.
“Don, waktu latihan tadi tadi punggung tante agak terkilir… kamu bisa tolong pijitin tante khan?” katanya sambil menutup pintu mobil.
“Iya… sedikit-sedikit bisa tante,” kataku sambil mengangguk.
Aku mulai merasa Tante Karin menginginkan yg lebih jauh dari sekadar teman ngobrol dan curhat. Terus terang ini suatu pengalaman baru bagiku dan aku tdk tahu bagaimana harus menyikapinya.
Sepanjang jalan pulang kami tdk banyak bicara, kami sibuk dengan pikiran dan khayalan masing-masing tentang apa yg mungkin terjadi nanti. Setelah sampai di rumah, Tante Karin langsung mengajakku ke kamarnya.
Dikuncinya pintu kamar dan kemudian Tante Karin langsung mandi. Entah sengaja atau tdk, pintu kamar mandinya dibiarkan sedikit terbuka. Jelas Tante Karin sudah memberiku lampu kuning untuk melakukan apapun yg diinginkan seorang laki-laki pada waKarin.
Tetapi aku masih tdk tahu harus berbuat apa, aku hanya terduduk diam di kursi meja rias.
“Doni sayang… tolong ambilkan handuk dong…” nada suara Tante Karin mulai manja.
Lalu kuambil handuk dari gantungan dan tanganku kusodorkan melalui pintu sambil berusaha untuk tdk melihat Tante Karin secara langsung.
Sebenarnya ini tindakan bodoh, toh Tante Karin sendiri sudah memberi tanda lalu kenapa aku masih malu-malu? Aku betul-betul salah tingkah.
Tdk berapa lama kemudian Tante Karin keluar dari kamar mandi dengan tubuh dililit handuk dari dada sampai paha.
Baru kali ini aku melihat Tante Karin dalam keadaan seperti ini, aku mulai terangsang dan sedikit bengong. Tante Karin hanya tersenyum melihat tingkah lakuku yg serba kikuk melihat keadaannya.
“Nah, sekarang kamu pijitin tante ya… ini pakai body-lotion…” katanya sambil berbaring tengkurap di tempat tidur.
Dibukanya lilitan handuknya sehingga hanya tertinggal BH dan CD-nya saja. Aku mulai menuangkan body-lotion ke punggung Tante Karin dan mulai memijit daerah punggungnya.
“Tante, bagian mana yg sakit…” tanyaku berlagak polos.
“Semuanya sayang… semuanya… dari atas sampai ke bawah. Bagian depan juga sakit lho…nanti Doni pijit ya…” kata Tante Karin sambil tersenyum nakal.
Aku terus memijit punggung Tante Karin, sementara itu aku merasakan k0ntolku mulai membesar. Aku berpikir sekarang saatnya menanggapi ajakan Tante Karin dengan aktif.
Seumur hidupku baru kali inilah aku berkesempatan menyetubuhi seorang waKarin. Meskipun demikian dari film-film BF yg pernah kutonton sedikit banyak aku tahu apa yg harus kuperbuat… dan yg paling penting ikuti saja naluri…
“Tante sayang…, tali BH-nya boleh kubuka?” kataku sambil mengelus pundaknya.
Tante Karin menatapku sambil tersenyum dan mengangguk. Aku tahu betul Tante Karin sama sekali tdk sakit ataupun cedera, acara pijat ini cuma sarana untuk mengajakku bercinta.
Setelah tali BH-nya kubuka perlahan-lahan kuarahkan kedua tanganku ke-arah payudaranya. Dengan hati-hati kuremas-remas payudaranya… ahh lembut dan empuk.
Tante Karin bereaksi, ia mulai terangsang dan pandangan matanya menatapku dengan sayu. Kualihkan tanganku ke bagian bawah, kuselipkan kedua tanganku ke dalam celana dalamnya sambil pelan-pelan kuremas kedua pantatnya selama beberapa saat.
Tante Karin dengan pasrah membiarkan aku mengeksplorasi tubuhnya.
Kini tanganku mulai berani menjelajahi juga bagian depannya sambil mengusap-usap daerah sekitar mekinya dengan lembut. Jantungku brdebar kencang, inilah pertamakalinya aku menyentuh meki waKarin dewasa…
Perlahan tapi pasti kupelorotkan celana dalam Tante Karin. Sekarang tubuh Tante Karin tertelungkup di tempat tidur tanpa selembar benangpun… sungguh suatu pemandangan yg indah.
Aku kagum sekaligus terangsang. Ingin rasanya segera menancapkan batang kemaluanku ke dalam lubang kewaKarinannya.
Aku memejamkan mata dan mencoba bernafas perlahan untuk mengontrol emosiku. Seranganku berlanjut, kuselipkan tanganku diantara kedua pahanya dan kurasakan rambut kemaluannya yg cukup lebat.
Jari tengahku mulai menjelajahi celah sempit dan basah yg ada di sana. Hangat sekali raanya. Kurasakan nafas Tante Karin mulai berat, tampaknya dia makin terangsang oleh perbuatanku.
“Mmhh… Doni… kamu nakal ya…” katanya. “Tapi tante suka khan…?”
“Mmhh.. terusin Don… terusin… tante suka sekali.” Jariku terus bergerilya di belahan mekinya yg terasa lembut seperti sutra, dan akhirnya ujung jariku mulai menyentuh daging yg berbentuk bulat seperti kacang tapi kenyal seperti moci Cianjur.
Itu klitoris Tante Karin. Dengan gerakan memutar yg lembut kupermainkan klitorisnya dengan jariku dan diapun mulai menggelinjang keenakan. Kurasakan tubuhnya sedikit bergetar tdk teratur.
Sementara itu aku juga sudah semakin terangsang, dengan agak terburu-buru pakaiankupun kubuka satu-persatu hingga tdk ada selembar benangpun menutup tubuhku, sama seperti Tante Karin.
Kukecup leher Tante Karin dan dengan perlahan kubalikkan tubuhnya. Sesaat kupandangi keindahan tubuhnya yg seksi. Payudaranya cukup berisi dan tampak kencang
dengan putingnya yg berwarna kecoklatan memberi pesona keindahan tersendiri. Tubuhnya putih mulus dan nyaris tanpa lemak, sungguh-sungguh Tante Karin pandai merawat tubuhnya.
Diantara kedua pahanya tampak bulu-bulu kemaluan yg agak basah, entah karena baru mandi atau karena cairan lain. Sementara itu belahan mekinya samar-samar tampak di balik bulu-bulu tersebut.
Aku tdk habis pikir bagaimana mungkin suaminya bisa sering meninggalkannya dan mengabaikan keindahan seperti ini.
“Tante seksi sekali…” kataku terus terang memujinya. Kelihatan wajahnya langsung memerah.
“Ah.. bisa aja kamu merayu tante… kamu juga seksi lho Don… lihat tuh burungmu sudah siap tempur… ayo jangan bengong gitu… terusin pijat seluruh badan tante….,”
kata Tante Karin sambil tersenyum memperhatikan k0ntolku yg sudah mengeras dan mendongak ke atas.
Aku mulai menjilati payudara Tante Karin sementara itu tangan kananku perlahan-lahan mempermainkan meki dan klitorisnya.
Kujilati kedua bukit payudaranya dan sesekali kuhisap serta kuemut putingnya dengan lembut sambil kupermainkan dengan lidahku. Tante Karin tampak sangat menikmati permainan ini sementara tangannya meraba dan mempermainkan k0ntolku.
Aku ingin sekali menjilati kewaKarinan Tante Karin seperti dalam adegan film BF yag pernah kutonton. Perlahan-lahan aku mengubah posisiku, sekarang aku berlutut di atas tempat tidur diantara kedua kaki Tante Karin. Dengan perlahan kubuka pahanya dan kulihat belahan mekinya tampak merah dan basah.
Dengan kedua ibu jariku kubuka bibir mekinya dan terlihatlah liang kewaKarinan Tante Karin yg sudah menanti untuk dipuaskan, sementara itu klitorisnya tampak menyembul indah di bagian atas mekinya.
Tanpa menunggu komando aku langsung mengarahkan mulutku ke arah meki Tante Karin. Kujilati bibir mekinya dan kemudian kumasukkan lidahku ke liang mekinya yg terasa lembut dan basah.
“Mmhhh.. aahhh” desahan nikmat keluar dari mulut Tante Karin saat lidahku menjilati klitorisnya.
Sesekali klitorisnya kuemut dengan kedua bibirku sambil kupermainkan dengan lidah. Aroma khas meki waKarin dan kehangatannya membuatku makin bersemangat, sementara itu Tante Karin terus mendesah-desah keenakan. Sesekali jari tanganku ikut membantu masuk ke dalam lubang mekinya.
“Aduuh.. Donii… enak sekali sayang… iya sayang… yg itu enak.. emmhh .. terus sayang…
pelan-pelan sayang… iya… gitu sayang… terus.. aduuh.. aahh… mmhh..” katanya mencoba membimbingku sambil kedua tangannya terus menekan kepalaku ke selangkangannya.
Tdk berapa lama kemudian pinggul Tante Karin mulai berkedut-kedut, gerakannya terasa makin bertenaga, lalu pinggulnya maju-mundur dan berputar-putar tak terkendali. Sementara itu kedua tangannya semakin keras mencengkeram rambutku.
“Doni.. Tante mau keluaar… aah.. uuh..aahh…oooh…. adduuh… sayaaang… Doniiii…. terus jilat itu Don… teruus… aduuuh… aduuuh…tante keluaaar…”
bersamaan dengan itu kepalaku dijepit oleh kedua pahanya sementara lidah dan bibirku terus terbenam menikmati kehangatan klitoris dan mekinya yg tiba-tiba dibanjiri oleh cairan orgasmenya.
Beberapa saat tubuh Tante Karin meregang dalam kenikmatan dan akhirnya terkulai lemas sambil matanya terpejam. Tampak bibir mekinya yg merah merekah berdenyut-denyut dan basah penuh cairan.
“Doni.. enak banget…. sudah lama tante nggak ngerasain yg seperti ini…” katanya perlahan sambil membuka mata.
Bersambung. . .