Kesepian Berujung Di Perkosa Pembantu Part 2

News Online Itil

Cerita Sex Kesepian Berujung Di Perkosa Pembantu Part 2 – Aku hanya dapat memejamkan mata, menikmati sentuhan-sentuhan Pak Budi yang sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri, aku benar-benar kecewa dengan apa yang dilakukan mereka terhadapku, kurang baik apa kami terhadap mereka sehingga tega berbuat senista ini.

“ha..ha…. tampaknya dia menikmati pak” kata Pak Doni, sambil meremas-remas payudaraku dengan kasar,

“tidak… lepaskan pak, kumohon!” Aku kembali berontak, walaupun usahaku akan sia-sia saja,

Mmuuaacckk…satu ciuman mendarat di bibirku, dengan ganas Pak Budi melumat bibirku yang tipis dengan bibirnya yang tebal, dengan begitu kasar lidahnya terus berusaha membelit lidahku.

“Hhmm…..iiihhkkk….oohhkkk!” aku semakin mendesah dan terangsang saat merasa selangkanganku menjadi panas, benda itu terus menggelitik klitorisku yang masih berbungkus celana dalam

“Oohhkk… Pak, stop Pak, jangan diteruskan” aku menggeliatkan tubuhku, menahan gejolak yang selama ini terpendam, tapi jari-jari Pak Doni justru semakin berutal meremas payudaraku,

Cerita Sex Kesepian Berujung Di Perkosa Pembantu Part 2
Cerita Sex Kesepian Berujung Di Perkosa Pembantu Part 2

Cerita Sex “gila Non memekmu bener-bener mantap, wanginya itu loh, bikin ga nahan,” komentar Pak Joko sambil mengendusi dan melumat bibir bawahku

“Pak…..OOohhkk!!” tubuhku mengejang, seluruh badanku terasa bergetar akibat serbuan erotis ketiga pria itu, terutama vaginaku yang semakin berdenyut-denyut dijilati lidah Pak Joko dan dihisap-hisap

“Ssrreeeessss….ssrrreess……ssrreeeerrr” cairan cintaku mengucur tanpa tertahankan lagi

Jebol sudah pertahananku yang selama ini kujaga untuk suamiku yang entah ke mana ketika istrinya dinodai pembantu-pembantunya sendiri

“Mas maafkan aku, aku sudah ga kuat lagi menahan gejolak yang ada di diriku mas” jeritku dalam hati, perasaan bersalah pada suamiku dan kenikmatan birahi itu bercampur aduk, air mataku menetes dari sudut mataku, tapi tubuhku menggeliat-geliat.

“Benerkan Non, apa kata saya juga…sudahlah ngaku saja kalau Non itu sudah gatel, ya ga Don?” tanya Pak Joko yang ditanggapi Pak Doni dengan mengangguk bersemangat

“Betol tuh, betol…vagina Non emank udah gatel,” timpal Pak Doni cengengesan

Mukaku memerah mendengar perkataan mereka, sejujurnya aku sangat terangsang mendengar komentar mereka terhadapku. Pak Budi tersenyum menatapku yang terkulai tak berdaya, dengan lembut dia mengelus-elus rambutku dan berusaha membuatku setenang mungkin dan menikmati pemerkosaan ini.

Perlahan tangan Pak Budi mulai melepaskan pakaianku satu-persatu, aku sudah pasrah apa yang akan terjadi terhadap diriku, tenagaku sudah habis untuk berontak, tidak perlu waktu lama aku sudah bugil di depan mereka, bangga, horny, malu dan marah itulah yang saat ini aku rasakan

“Uuueeedaann….tubuh Non Dhea seksi abis, bahenol gini“ Pak Doni yang pertama mengomentari tubuhku sambil meremas payudaraku dengan gemas

“Kamu memang sangat cantik sayang, tidak salah suamimu sangat mengkhawatirkanmu,” sambung Pak Budi,

“ha…ha…jadi seperti ini bodinya istri tuan, bener-bener seksi, jadi makin ga tahan, sejak gua intip waktu ngentot dulu jadi sering nyoli ngebayangin Non” komentar Pak joko yang paling membuat telinga dan mukaku tersa panas, ternyata dialah yang dulu mengintip ketika aku sedang memadu kasih dengan Mas Roy dan selama ini ia sudah berpikiran kotor tentang diriku, tahu begitu sudah kupecat dia selagi Mas Roy masih di sini.

Pak Budi sudah bersiap-siap memasukan penisnya ke dalam vaginaku, penisnya tidaklah terlalu besar, hampir sama seperti suamiku,

“Tidak Pak ja…jangan pak ku mohon,” aku memelas sambil berontak-berontak kecil, aku mulai pasrah apa yang akan terjadi terhadapku, aku tidak mungkin lepas.

Perlahan penis itu mulai menembus belahan vaginaku, dengan sekali sentakan penis itu amblas semuanya ke dalam vaginaku diiringi eranganku

“oohhh Pak, cukup Pak, jangan…aku oohhh…mmmm!” suaraku terputus saat Pak Joko melumat bibirku dengan rakus

Pak Budi mulai menggenjot vaginaku dengan cepat tanpa henti, sehingga membuatku kewalahan menerima sodokan-sodokan dari pak Budi. Kira-kira 15 menit Pak Budi menyodok vaginaku, sementara bibirku dilumat Pak Joko yang juga meremas-remas payudaraku dan Pak Doni menggerayangi tubuhku sambil mengecupi pahaku yang jenjang dan mulus.

“Oohhkk… Bapak sudah ga kuat lagi Non!” erang si tukang kebun sambil menyodok makin keras

“Ccrroott….. ccrroott….aaahhh!!” ia melenguh panjang dan tubuhnya mengejang melepas kenikmatan ragawi ini.

News Online Itil

Cairan hangat dan kental memenuhi vaginaku, aku menggigit bibir dan menangis, aku benar-benar telah kotor, bagaimana aku harus menghadapi suamiku nanti, apakah aku masih punya muka untuk itu?

“Gi mana Pak enak gak?“ tanya Pak Doni sambil mengelus rambut panjangku, Pak Budi hanya terseyum dan mengacungkan jempolnya

“Sekarang gantian gue ya!“ kata Pak Joko sambil berbaring di sampingku, “ Don tolong, dudukin Non Dhea ke atas kontol gue, cepetan dah ga tahan nih pengen ngerasain memek peretnya”

“Ja… jangan Pak, kumohon lepaskan saya” aku semakin ketakutan melihat ukuran penis Pak joko yang lebih besar 17 cm berdiameter 4, kepalah penisnyanya terlihat hitam mengkilat, lebih hitam dari warna kulitnya,

“ayolah sayang, rasanya pasti enak kok“

“Betol tuh…betol, rasanya pasti enak loh Non“ timpal pak Doni dengan gaya bicara mirip Made Suro, salah satu pelawak di Republik Mimpi itu, sambil terseyum puas,

Dengan dibantu si satpam yang sesekali meremas payudaraku, aku mulai menduduki penis Pak Joko, sopir pribadiku. Kugenggam benda itu dan kuarahkan ke vaginaku.

“Aaakkhh!!” aku melenguh dengan kepala menengadah saat ke kepala penis itu membelah bibir vaginaku, perlahan tapi pasti penis itu terbenam seluruhnya dalam vaginaku.

“oohhkk, Pak sakit, jangan kasar-kasar yah Pak” rintihku saat Pak Joko mulai menyentakkan pinggulnya ke atas

“Santai Non, nanti juga enak kok, memeknya keset banget nih, oohhkk…. Non terus Non, enak sekali” Pak Joko memerintahkan agar aku bergerak naik-turun sambil meraih payudara kiriku dan meremasnya.

“Non akan kita bikin hamil, ha…ha…ha!” sahut Pak Budi lalu memagut bibirku, air mataku kembali membasahi pipiku

“Tidak!! Tidak!! aku tidak mau hamil dari orang-orang seperti kalian!!” jeritku bercucuran air mata.

“Kenapa ngga Non? Kita kan ngebantu supaya suami kamu bahagia sayang, kasian sama suamimu dari dulu selalu mendambakan seorang anak” sambungnya yang membuat hatiku semakin sakit menerima penghinaan ini,

“OhKk Pak tidak, aku… aku uda ga kuat lagi pak…. OOhhh!!” aku tidak tahan lagi dengan orgasme yang segera akan tiba, kemaluanku berdenyut-denyut dan nafasku juga semakin tak terakur, akhirnya aku mengejang menyambut gelombang orgasme berikutnya, kali ini lebih nikmat dari sebelumnya, lebih dahsyat dari yang kudapat bersama Mas Roy, penis Pak Joko masih keras dan menyodok-nyodok vaginaku, sungguh perkasa.

“Wah… Non Dhea keluar lagi oy!“ kata Pak Doni kegirangan, sementara tubuhku yang semakin lemas ambruk ke pelukan Pak Joko, sopirku

“Ha…ha…gimana Non, nikmat kan entotan saya dibandingkan sama suami Non yang ga ada apa-apanya, ha…ha!!“ katanya dengan bangga

Aku hanya bisa diam mendengar pelecehan mereka, perlahan aku meresa ada sentuhan hangat yang menjalar di sekitar lubang anus,

“Hhmm….” cuma kata-kata itu yang keluar dari bibirku saat sentuhan itu semakin menjadi-jadi di lubang anusku.

“Sayang, tolongin Bapak ya, Bapak udah kepingin lagi nih“ kata Pak Budi sambil menyodorkan penisnya di depan bibirku,

“Jangan Pak…saya nggak mau, tolong jangan“ suaraku sedikit bergetar, terhadap Mas Roy saja aku tidak pernah melakukan oral seks karena bagiku menjijikkan, apalagi kalau harus mengoral penis hitam keriput itu, belum lagi bau keringatnya yang tidak sedap.

“Alah…jangan pura-pura suci Non, sono cepatan kulum tuh penis tua, kasian dah ngaceng dari tadi” sambung Pak Joko sambil menggenjot tubuhku semakin kuat,

“Ta…tapi, ohhkk… saya belum pernah Pak…Uuhhkkk!!” protesku langsung tersendat karena Pak Budi menjejali penisnya dengan paksa ke dalam mulutku yang membuka karena mendesah.

“sudah ayo, goyangnya lebih cepet!” kata Pak Joko sambil menghentakan penisnya lebih dalam,

“Sluuppss….. slslluuppss…..mmmm!” dengan terpaksa aku mengulum penis Pak Budi.

“Waduh…waduh kalian curang nih, masa gue cuman nonton doang, ga asyik ah“ kata Pak Doni yang memang dari tadi hanya memainkan anusku sambil meraba-raba tubuhku saja.

“Udah Don jangan marah, kan masih ada satu lobang lagi yang nganggur, iya ga Non” kata Pak Budi, aku diam saja sambil sesegukan karena mulutku sedang mengulum penis Pak Budi.

“Betul… betul itu juga pasti enak!” secepat kilat Pak Doni melepaskan celana seragam dan celana dalamnya, kini hanya mengenakan baju satpam saja,

“jangan…jangan Pak saya mohon jangan yang itu, itu pasti sakit sekali” kataku memohon dan berlinang air mata, tapi ia tidak peduli ataupun kasihan, perlahan belahan pantatku dibuka lebar-lebar, benda tumpul itu terasa panas saat menyentuh anusku,

“Pak sakiitt….jangan terusin Pak!” jeritku saat kepala penis itu membelah anusku, rasanya sangat sakit sekali karena ukuran penis Pak Doni lebih besar dari Pak Budi dan Pak Joko

Perlahan kepala penis itu terbenam di dalam anusku. Dan sekali sentakan semua batang penis itu terbenam semua di dalam anusku, aku hanya dapat berteriak sekencang-kencangnya tanpa menghiraukan sekelilingku,

“Pak ampun Pak, Hikss…Hiks… sakit pak, sakit banget!” rasa sakit itu rasanya tidak tertahankan sehingga penis pak Budi terlepas dari bibirku,

“Sabar ya sayang bentar lagi pasti enak kok, percaya deh sama Bapak ya“ Pak Budi ternyata sedikit pengertian, dia tidak lagi menyuruhku untuk mengulum penisnya, tapi ia tetap menahan tanganku yang menggenggam batang kemaluannya itu agar tetap mengocoknya.

Sekitar sepuluh menit kemudian, tiba-tiba Pak Joko mengerang dan memuncratkan laharnya ke dalam rahimku, disusul tidak lama lemudian Pak Budi juga orgasme di depan mukaku. Spermanya yang beraroma tajam dan kental itu muncrat membasahi wajahku.

Terakhir Pak Doni juga menyusul kedua temannya 3 menit kemudian dengan memuntahkan spermanya di dalam anusku. Maka lengkap sudah penderitaanku hari ini.

“Kamu benar-benar bisa memuaskan Bapak sayang, lain kali kayak gini lagi ya” kata Pak Budi sambil menggosok-gosokkan penisnya ke wajahku,

“Gak nyangka gue hari ini mendapat rejeki nomplok, kapan-kapan kita main lagi ya Non, ketagihan nih saya sama memek Non, hahaha!!” dengan kasar Pak Joko mencabut penisnya dari vaginaku

“Betol itu….betol…memek Non Dhea enak banget, bikin saya ketagihan coy, hehehe!” sambung Pak Doni yang tidak kalah puasnya

Mereka bertiga tertawa-tawa dan melecehkanku yang terbaring lemas di dipan pos satpam. Tubuhku penuh dengan keringat dan ceceran sperma mereka, vagina dan anusku pun masih terasa sakit akibat sodokan-sodokan penis mereka tadi.

Ini baru awal aku menjadi budak seks mereka, entah apa lagi yang akan terjadi hari-hari selanjutnya. Di kamar mandi di dalam shower box, aku meringkuk sambil menangis merenungi nasibku sementara air hangat terus mengucur membasahi tubuhku yang telah ternoda dan memenuhi box dengan uapnya.

TAMAT.

Itil Service
News Online Itil