Cerita Sex Keindahan Tubuh Fitri Yang Putih Mulus 2 – “Singkongnya Mas Pri keras nggak?” tanyanya sambil tangannya masuk ke dlm sarungku.
Aku kaget karena tiba-tiba Fitri memegangnya, kutepiskan tangannya. Tp sepertinya dia tdk rela.
“Tadi Mas Pri megang-megang tempekku, aku diemin. Sekarang kok aku pegang singkong Mas Pri Masa nggak boleh?” rajuknya.
Aku bingung. Akhirnya kudiamkan, dia pegang kont0lku. Aku didorongnya supaya tiduran terlentang.Dia mengangkat sarungku, dia pegang dari luar CD-ku.
“Besar sekali Maass..” katanya.
“Kok celana dalemnya basah? Mas Pri pipis ya?” sambungnya.
Mungkin dia membandingkan dgn saat kita mandi bersama dulu. Dulu memang kont0lku tdk tegang karena sdh terbiasa bersama. Dielus-elus kont0lku. Waahh.. rasanya kont0lku jadi tegang lagi setelah agak melunak.
“Waahh.. Mass makin besar tuuhh.. sakit nggak?” katanya sambil terus mengelus.
Cerita Sex “Aaahh..” aku mengerang keenakan dielus seperti itu.
Karena semakin tegang, kepala kont0lku akhirnya nongol di atas karet celana dlmku. Kepala kont0lku diusapnya.
“Aaahh..” aku seperti kena setrum listrik.
“Air apa ini Mas, kok bening, agak licin?” tanyanya.
“Akuu nggak ttaauu.. oohh..” sahutku keenakan.
Ditariknya celana dlmku sehingga kont0lku pun berdiri tegak.
“Maass lucu seperti tiang listrik,” katanya.
Lalu kont0lku digenggamnya, diremasnya.
“Aaahh..” aku mendesah-desah keenakan. Didekatkan wajahnya ke kont0lku, diperhatikan dgnseksama.
“Maass.. yg coklat-coklat ini isinya apa?” katanya sambil telunjuk tangan kirinya menusuk-nusuk bijiku. Tangan kanannya tetap menggenggam kont0lku. Lalu digenggamnya bijiku dan diremas-remas.
“Lho.. lho.. kok isinya lari-lari.. lucuu.. Maass..” katanya lagi.
Aku sdh kehabisan kata-kata untuk menimpalinya karena keenakan.
Mungkin waktu dia mengintip, dia melihat Mbak Indah mengocok-ngocok kont0l, dia bertanya, “Mas, kalau aku giniin sakit nggaakk?” katanya sambil tangannya mengurut kont0lku naik turun.
“Aaahh.. Fiittt nikmat baangeett Fiittt..” kataku sambil mendesah.
“Ya.. ya.. gitu Fitt.. ennaakk Fitt..”
“Dicepetin doonngg Fitt..”
Aku merasakan kont0lku seperti diurut-urut. Sakit sedikit, geli, enak rasanya jadi satu.
Tiba-tiba aku merasakan ada yg mau keluar dari dlm, lalu aku teriak,
“Cepeettiinn.. Fiiittt.. aku.. akuu..” Dan belum selesai aku ngomong,
“Creett.. Creett.. Creett..” tiga kali spermaku muncrat ke wajahnya.
Dia kaget, langsung mengelap wajahnya dgn sarungku.
“Mas.. Mas.. kenapa Mas.. sakit ya..” tanyanya sambil menatap wajahku.
“Nggak Fitt.. Enaakk banget Fittt..” kataku sambil terengah-engah.
Lalu dia melihat ke kont0lku.
“Lho, Mas kok jadi kecil siich..” tanyanya heran.
“Nggak tau kenapa,” sahutku.
Kemudian kurangkul dia dan kupeluk sambil kucium pipinya. Kami tiduran sambil berangkulan.
“Terima kasih Fittt. Tadi itu enaakk sekali. Mas Pri sekarang lemas.”
“Sekarang Fitri pulang gih.. udah malam. Besok kesiangan..”
Lalu kucium pipinya, keningnya dan bibirnya. Dia bangkit dan memakai dasternya. Lalu mencium pipiku dan pamit pulang.
“Da..da Maass.. Fitri pulang dulu yaa. Terima kasih Maass..”
Aku bangun memakai celana dlmku yg tadi dipelorotkan Fitri, dan tidur karena kelelahan.
Seperti biasa, setelah aku pulang dari pasar, kucari Fitri.
“Kemana lagi ini anak.. pasti ketiduran lagi,” pikirku.
Aku masuk ke dlm rumahnya. Benar, dia lagi tidur memakai selimut.
“Ngapain ini orang siang-siang tidurnya kok selimutan? Apa sakit?” batinku.
“Jendelanya juga ditutup?”
Kupegang keningnya,
“Nggak panas kok.. kuperhatikan tubuhnya. Kok putingnya kelihatan menonjol? Dia selimutan memakai kain jarik tipis. Jadi aku tahu kalau putingnya menonjol. Aku sibakkan selimutnya pelan-pelan.
“Lho.. kok nggak pake baju..?” batinku.
Kutarik selimutnya semua. Melihat tubuh indah terpampang di hadapanku, kont0lku mulai berkedut.
“Kok tangan kanannya ada di dalem celana dalemnya? Abis ngapain dia?” batinku.
Melihat dadanya, kont0lku mulai tegang, kudekatkan wajahku, kucium pipinya, hidungnya, matanya. Eh.. dia menggeliat bangun. Mungkin kena angin. Jadi terasa dingin.
Dia kaget melihatku. Langsung menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya.
“Eh.. Mas Pri. Lagi ngapain,” katanya.
“Tadi kamu aku panggil-panggil tp nggak jawab, lalu aku masuk. Aku kaget liat kamu tidur kok telanjang, selimutnya berantakan. Mas mau betulin selimut kamu,” kataku membela diri.
“Jadi Mas udah ngeliatin aku tidur dari tadi?”
“Lhaa.. abis kamu tidur kok nggak pake baju. Salah kamu doong.”
“Lho.. Mas aja yg masuk ke rumah orang nggak permisi..”
“Yaa.. udah Maass pulang. Bangun sana nyuci sama masak.” kataku sambil meninggalkannya.
“Yee.. gitu aja Mas marah. Sini dulu dong Maass..” katanya manja sambil menarik tanganku agar duduk di dipannya.
“Maass aku kepingin seperti semalem doongg.” katanya sambil menatapku.
“Nggak ah.. masak siang-siang gini. Entar malem aja ya.”
“Nggak.. maunya sekarang..” rengeknya.
Tau-tau dia merangkulku dan mencium bibirku. Aku tdk bisa menolaknya, kubales, kumainkanlidahku di mulutnya. Dia membalas. Nafasnya mulai tersengal-sengal. Selimutnya kusingkirkan, kuremas-remas susunya.
Ciumanku mulai turun ke lehernya, turun lagi ke pundaknya, lalu mulutku melumat puting kanannya. Kepalanya menengadah sambil mendesis-desis. Persis seperti suara Mbak Indah.
“Oohh.. Mas Pri.. enak Maass..”
Lalu kurebahkan dia ke dipan. Tangannya mulai masuk ke dlm celanaku. Memegang kont0lku di dlm celana. Mungkin karena kurang leluasa, Fitri mulai menurunkan celana pendekku dgn CD-nya sekalian. Aku bantu dgn mengangkat pantatku. Tanganku pun mulai menurunkan CD nya. Akhirnya dia bugil di depanku.
“Mas curaang.. kok kaosnya nggak dilepas..”
“Lho.. usaha doong.”
Lalu dia melepas kaosku. Kami lalu berguling-guling di dipan sempit tersebut, kutindih badannya. Mulut kami saling mengunci tdk bisa berkata apa-apa.
Tangannya memegang kont0lku. Agak sakit. Kuraba seluruh badannya termasuk paha, punggung, perut. Setiap kuraba memeknya, pahanya selalu direnggangkan.
Aku lalu teringat Mbak Indah. Dulu si lelaki kok menjilati kelamin Mbak Indah.
“Kucoba ke Fitri aahh..” batinku.
Lalu ciuman kuturunkan ke lehernya, kedua susunya. Jari tengah tangan kananku masuk ke belahan memeknya. Sdh basah.
“Aaahh.. oohh.. sshh.. sshh..” dia mendesah agak keras, kudiamkan karena aku yakin saat sekarang di sekeliling kontrakanku pasti sepi.
Lalu ciumanku turun ke perutnya. Kujilat-jilat pusarnya. Dia makin menggelinjang. Ciumanku terus turun sampai akhirnya wajahku tepat di depan memeknya. Aku tak peduli gimana rasanya, kucium memeknya. Baunya segar sekali.
Fitri kaget sekali saat kucium kewanitaannya. Dia bangun dan melihat saja.
“Mas Pri.. Jorookk.. temppeek Fiittrriii kok dicium..” desahnya tp tdk tampak adanya penolakan.
Saat kumasukkan lidahku, Fitri mendesah,
“Oooohhh.. Maass.. tempek Fittrriii diapainn.. aahh Mass.. jangan.. adduuhh..” Aku terus saja menjilat benjolan kecil di dlm kemaluan Fitri.
Sementara Fitri menggelinjang tdk karuan.
Kira-kira lima menit, tiba-tiba Fitri menekan kepalaku dan mengangkat pantatnya sehingga aku agak sulit bernafas. “Maass.. Fitri mau piippiiss..” Menyemburlah cairan hangat seperti tadi malam.
Karena aku sdh tahu rasanya, kujilat semuanya sampai habis. Uh, enak sekali rasanya.Manis, asin, gurih jadi satu. Aku naik ke atas dan memeluknya sambil tiduran.
“Mas.. Fitri capek..” sambil wajahnya ditaruh di dadaku.
“Mas kok nggak jijik sih jilatin tempek Fitri?” tanyanya.
“Mas kan sayang Fitri. Jadi Mas nggak akan jijik.” sahutku sekenanya.
“Terus, pipis Fitri juga dijilat? emang enak?”
“Enak kok.. kayak tajin.”
Hening sejenak.
“Mas, kalau Mas maunya diapainn,” katanya sambil memegang kont0lku.
“Terserah Fitri aja,” kataku.
“Fitri kocokin seperti semalem yaach.”
Lalu dia jongkok, mengocok-ngocok kont0lku yg tegang. Aku mendesah keenakan.
“Oooohhh.. Ooohh.. sshh..” Kont0lku makin tegang saja rasanya.
Tiba-tiba kont0lku terasa geli, basah dan hangat? kutengok ke bawah. Ternyata Fitri sedang menjilat-jilat kepala kont0lku.
Aku tdk tahu belajar darimana dia, yg penting yg kurasakan saat itu nikmat sekali. Mimpi dipegang tititku oleh perempuan saja aku tak pernah. Apalagi sekarang dijilat.
“Aduuhh Fiiittt.. aku kamu apaiinn.. aahh..”
Saat sedang enak-enaknya mengerang, tiba-tiba kok hangatnya tdk di kepalanya saja. Kulihat ke bawah,
“Astaga..!” Kont0lku diemut. Belum berfikir yg lain, tiba-tiba ada rasa aneh di kont0lku, ternyata selain diemut, Fitri pun menghisapnya.
Tak tahan akan gelinya, aku semakin mengerang.
“Fiittt.. aku kamu apaiinn.. Fiitt.. kamu kok tegaa..” Tak berapa lama aku kepengin pipis.
“Fiitt.. udaahh.. Mass mau pipiss..” Karena tdk tahan dan Fitri tdk melepaskannya, akhirnya, “Creett.. creett.. creett..” 4 atau 5 kali kont0lku menembakkan cairannya di mulut Fitri.
Fitri kaget sekali. Sebagian ada yg tertelan dan sebagian lagi meleleh keluar dari bibirnya.
“Mas Pri jahat.. pipis kok di mulut Fitri..” katanya sambil berdiri dan mengelap mulutnya dgn kain jarik. Lalu dia minum air putih.
“Fitri juga siihh.. Mas bilang udah.. udah, tp Fitri nggak mau lepasin,” balasku.
“Udah sini tiduran. Mas kelonin,” sambungku.
Sambil kukelonin, kucium pipinya.
“Fitri kok mau ngisep singkongnya Mas? Apa nggak jijik. Khan jorok,” pancingku.
“Lho, kata Mas kalau sayang kan nggak jijik.”
“Tadi pipis Mas gimana rasanya? Enaakk?”
“Enak Mas. Kayak santen tp agak asin.”
“Fitri belajar dari mana?”
“Waktu Fitri ngintip, Fitri liat Mbak Indah ngisep tititnya Oom. Kayaknya Oom itu keenakan. Terus Fitri mau Mas juga keenakan. Ya Fitri ikut-ikutan Mbak Indah.”
“Mas, Fitri malu mau ngomong sama Mas.”
“Ngomong aja. Sama Mas kok malu.”
“Fitri juga punya bacaan. Fitri dapet sewaktu beli koran bekas untuk bungkus. Ada dua Mas. Yg satu Eni Arrow, yg satu Nick Carter.”
“Sewaktu Fitri baca, badan Fitri merinding semua. Terus susu sama tempek Fitri jadi gatel.”
Ooohh pantes dia cepet belajar. Dari situ toh sumbernya. Ditambah live show.
Selama kelonan, dadanya menghimpit dadaku. Terasa hangat dan kenyal. Lama-lama kont0lku keras lagi. Kucium pipi dan bibirnya lagi.
Dia pun menyambutnya dgn mesra. Kami berciuman, bergulingan. Tanganku pun mulai bergerilya lagi. Ke susunya, punggungnya, lehernya, selangkangannya.
Akhirnya tangan kananku berhenti di daging lunak di selangkangannya. Aku mulai mengusap-usap klitorisnya. Dia makin mendesah-desah nggak karuan.
“Aaahh.. Maass.. Fitri sayang sama Mas Pri.. shh.. aahh.. enak Mass.. teruuss Mass..” Sementara tangannya mulai meremas-remas punyaku. Kont0lku sdh pada puncaknya sekarang.
Tiba-tiba Fitri melepaskan pelukannya.
“Mass.. Fitri mau seperti Mbak Indah.. Mas mau khaann..” katanya sambil menatap mataku.
Ada permintaan tulus di sana, ada gelora di sana, ada sesuatu yg aneh di sana.
“Tp Mas takuutt.. Nanti gimana? Kita khan belum pernah..”
“Tp Fitri mau Mass..” katanya lagi.
Lalu kont0lku diusap-usapkan ke mulut memeknya yg sdh basah.
“Ooohhh.. sshh..” dia mendesah.
Mendengar desahannya, aku mulai bertindak. Kukangkangkan pahanya, terlihatlah memeknya yg tembem dgn rambut halus dan jarang,
bagian dalamnya yg merah muda dan ada tonjolan daging sebesar kacang kedele. Memeknya ternyata sdh basah sekali. Merah berkilat-kilat. Kusentuh kacang kedele itu.
“Ooocchhh.. Mass.. sshh..”
Oh, jadi ini toh yg bikin dia menggelinjang itu. Kusentuh lagi.
“Aacchh.. Mass.. sshh.. diapain siicchh Mas.. nakal amat siihh..” desahnya.
Kudekatkan wajahku supaya bisa melihat lebih jelas. Bentuknya lucu sekali. Aku coba menjilatnya.
“Aaacchh.. Mass..”
“Ayoo.. doonngg.. Mass.. cepetann..” katanya tak sabar.
Kuarahkan kepala kont0lku ke mulut memeknya, kutekan sedikit.
“Aaahh..” ada rasa hangat di kepala kont0lku. Kutekan sedikit. Kok mentok? Kutekan lagi. Mentok lagi.
“Fit, lubangnya yg mana?” tanyaku.
“Agak ke bawah sedikit Mass, di bawah yg Mas pegang tadi.”
Kuperhatikan dgn seksama. Oh, itu toh lubangnya. Kok kecil sekali? Apa punyaku bisa masuk?Kuarahkan kont0lku ke sana, kutekan. Kok melesat. Coba lagi. Meleset lagi.
“Fiitt.. bantuin doonngg..”
Fitri memegang kont0lku lalu mengarahkannya.
“Teken Mas.. ya.. ya.. di situ teken Mas.”
Kutekan pelan-pelan. Kok meleset? Tekan lagi meleset lagi. Gimana sich caranya? Kupegang erat-erat kont0lku lalu tekan agak keras. Dan..
“Aaa.. Maass sakiitt. Pelan-pelan doong Maass..”
Terasa kepala kont0lku terjepit sesuatu yg hangat.
“Tahan Mas.. tahan..”
Dia meringis sepertinya menahan sesuatu.
“Ayo teken lagi Mass.. pelan-pelan Mass.. aahh..”
Kutekan perlahan-lahan dgn kekuatan penuh.
“Aaahh..” Kepala kont0lku terasa ngilu. Hangat. Kulihat sdh separuhnya tertancap, Fitri meringis, kutahan sebentar.
Setelah Fitri terlihat tenang, dgn tiba-tiba kutekan kont0lku sekuat tenaga, “Bless.. bret..”
“Aaawww.. sakiitt Mass.. tahan Mass.. diem dulu Mass..” Fitri berteriak.
Lalu kutahan. Ujung kont0lku seperti menyentuh sesuatu yg hangat. Aduh, rasanya seluruh kont0lku seperti terjepit oleh sesuatu yg hangat dan berkedut-kedut. Rasanya linu, sakit, enak, semuanya jadi satu.
“Fitt.. tahan sedikit ya..” kataku.
Lalu aku menarik pantatku dan menekannya secara perlahan-lahan. Berulang kali. Kulihat Fitri meringis-ringis. Begitu juga aku ikut meringis.
Tp kami sama-sama tdk mau berhenti.Setelah mungkin ada sekitar 15 kali naik turun, memek Fitri mulai agak licin. Dan Fitri pun mulai tdk meringis lagi.
“Ayoo.. Mass.. ayoo Mas.. enak.. aaduuhh enaakk Mass.. aacchh.. sshh..”
Aku pun merasa sdh tak begitu linu lagi.
“Ayoo Mass.. yg cepet Mass.. yg dalem Mass.. Sshh.. aacch..”
Mendengar desahan itu aku makin cepat memompa kont0lku naik turun. Makin cepat, secepat aku bisa. Fitri kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan.
Tangannya memegang sisi dipan. Susunya bergoyang-goyang. Badannya basah oleh keringat begitu juga rambutnya. Pantatnya yg tadi diam, sekarang mulai bergoyang.
Naik, turun, kiri dan kanan. Tak lama aku merasa kont0lku semakin linu dan geli yg tak tertahan, dan terasa ada sesuatu yg mau keluar. Tp aku merasakan tak ingin berhenti memompa.
Tiba-tiba Fitri merangkulku dgn keras, menggigit pundakku.
“Aaahh.. Aaauuw.. Aku pipiiss.. Mass..” Aku yg juga merasa mau pipis, kutekan sekuat tenaga kont0lku sampai mentok dan kutahan.
“Samaa.. Mass juga pipiss.. aacchh..” dan,
“Creett.. Creett.. Creett..” 4 kali kont0lku menyembur ke memek Fitri. Aku tergolek lemas di atas tubuh Fitri. Tubuh kami sama-sama banjir oleh keringat. Kami diam beberapa saat. Kont0lku sdh lemas tp masih tertancap di memeknya.
Setelah mengatur nafas masing-masing, Fitri berbisik, “Terima kasih banyak Mas.. bukan main.. Mass.. enak banget ya Maass..”
“Eee.. Fiitt.. jangan gerak dulu. Masih linuu..” desahku.
Karena tak tahan kucabut punyaku, dan aku tergolek di sebelahnya.
“Pantesan aja Mbak Indah sering beginian. Nggak taunya enak banget.” desahku setelah bisa mengendalikan diri.
Tiba-tiba kami sadar bahwa ada tugas yg harus kukerjakan. Aku langsung bangun. Dan kulihat ada bercak-bercak kemerahan di dipan Fitri dekat selangkangannya.
“Fiitt.. punya kamu berdarah ya.. masih sakit..?”
“Sedikit Mas.. Linunya ini yg belum hilang.”
“Udaahh bangun aja. Nanti siapa tahu ilang sendiri.” kataku.
Lalu kubantu dia bangun, mengelap dipan dgn kain basah sambil melirik jam beker. Ya ampun 2 jam lebih aku bergelut dgn Fitri. Setelah dia berpakaian, kubantu dia merendam cucian sementara dia mencuci beras.
Dia mencuci baju, aku memotong-motong ubi dan singkong. Karena sdh hampir terlambat, kami mandi bareng berdua. Di dlm kamar mandi itu kami saling ciuman lagi, saling meremas lagi.
Sesampainya di warung, ibuku bertanya, “Fitri Kenapa, kok jalannya agak pincang?”
“Terpeleset waktu nyuci baju Bu..” aku yg yg menyahut.
Memang Fitri jalannya agak sedikit pincang. Siang itu kami sekolah bergandgn tangan seakan tak mau dipisahkan.
Malam harinya saat belajar, Fitri datang lagi. Kali ini sebelum belajar kami bercumbu dulu.
“Fiitt.. maafin Mas ya.. Mas khilaf.. Mas sdh mengambil keperawanan Fitri.”
“Nggak Mass, Fitri dong yg seharusnya minta maaf. Khan Fitri yg minta. Mas nyesel ya.. perjaka Mas udah ilang?”
“Lho, yg seharusnya nyesel itu khan yg perempuan bukan laki-laki.”
“Tp Fitri nggak nyesel sama sekali, malah bangga bisa ngasih sama Mas.”
“Sekarang Fitri nggak mau pisah sama Mass.. Fitri mau sama Mas terus.. Dan Fitri janji nggak mau sama yg lain selain Mas.” sambungnya lagi.
Kok air matanya netes? kucium dia dgn lembut.
“Terima kasih Fit.. Mas juga janji. Mas juga nggak mau dgn orang lain selama ada Fitri.”
Dia memelukku lama sekali. Seakan tdk mau dipisahkan.
Aku sekarang sdh terbiasa kalau sedang mencium, tanganku mengelus-elus punggungnya, lalu meremas-remas dadanya. Eh, dia nggak pake kaos lagi.
“Aaahh.. Mass..” dia mendesis.
Tanganku mulai turun ke arah bongkahan pantatnya, kuremas-remas. Desahannya semakin keras saja. Tangganya pun mulai masuk ke dlm sarung. Mulai memegang sesuatu yg mulai mengeras.
“Mass.. Fitri mau lagi doonng..” Busyet, ini anak sepertinya maniak banget.
Beberapa saat kemudian kulepaskan daster dan CD nya. Dia pun menurunkan sarung dan celana dlmku, lalu kaosku. Bugillah kami berdua. Kukecup lehernya sambil kuremas-remas dadanya. Kupuntir putingnya, dia mendesah.
“Ssstt.. jangan berisik dong.. nanti Ibu bangun..” dia pun mengecilkan suaranya.
Hanya mulutnya yg meringis-ringis saja. Tangannya tdk tinggal diam. Mulai menggenggam kont0lku dan mengocok dgn perlahan.
“Mass.. kuhisap yaa..” katanya.
Lalu dia berbalik arah. Mulutnya yg mungil mulai menjilati kepala kont0lku. Seperti ada tegangan tinggi yg mengalir di tubuhku.
“Aaahh.. Fiitt..” desahku perlahan saat dia mulai mengulum kepala kont0lku.
Sementara itu memeknya ada di depanku. Posisi 69 kata orang. Kucium aromanya. Aaahh segarnya. Mulailah lidahku menjelajah ke lubang yg merah membasah.
Kucari kacang kedelenya dgn lidahku. Setiap kujilat kedelenya, hisapan di kont0lku terhenti. Cairan memeknya makin lama makin banyak.
Tiba-tiba dia berbalik dan terlentang, sambil menarik kont0lku ke memeknya.
“Auwww.. pelan-pelan dong Fiitt.. Sakit khan..” kataku karena kont0lku ditarik.
“Cepetan doongg.. Mass.”
Kemudian kupegang kont0lku, kuarahkan ke memeknya, kugesek-gesekkan di pintunya.
“Aaahh.. Mass.. jangan nakal doong.. cepetan..”
Kutekan perlahan-lahan. Masuk kepalanya, masih agak linu rasanya.
“Aahh.. sshh..” dia mengerang keenakan.
“Pelan-pelan Mass..”
Kutekan perlahan sekali. Takut dia kesakitan seperti tadi siang. Dia meringis. Kutahan, tarik sedikit, tekan lagi pelan-pelan, tarik lagi sedikit, tekan pelan-pelan. Mili demi mili kont0lku mulai ditelan oleh memeknya yg amat sempit.
Setelah semuanya masuk, kudiamkan sebentar sambil menikmati sensasi yg ada. Sekarang seluruh kont0lku seperti dipijat-pijat.
“Fiitt.. Mas sayaang banget sama Fitri..” kubisikkan di telinganya.
“Iii..iiyyaa.. Maass.. aahh.. Mass..” katanya sambil mecium bibirku.
Kami lalu berciuman. Saling mengadu lidah.
Lalu kunaik-turunkan pantatku pelahan. Kuresapi setiap garakanku. Tiba-tiba Fitri memelukku. Dia berguling sehingga posisinya ada di atasku.
“Maass.. Fitri mau di atas..”
“Iiiyaa tp pelan-pelan Fiitt.. nanti Ibu banguunn..”
Rupanya dia ingin tahu gimana rasanya di atas. Dia jongkok sambil melihat ke selangkangannya, lalu naik turun pelahan-lahan. Wajahnya merah padam.
Lama-lama dia semakin cepat naik turunnya. Dadanya berguncang-guncang.
“Oooohhh.. oohh.. Maass.. Ooohh..”
“Ayoo.. Fiittri cepetiinn.. ayoo.. sshh..”
Kuremas-remas kedua susunya. Keringatnya sdh di sekujur tubuhnya.
Kira-kira 10 menit kemudian dia menjepitkan kedua pahanya. Tangannya menjambak rambutku.
“Maass.. Fiittrrii.. piipiiss..”
Terasa ada cairan hangat menyembur di kepala kont0lku. Bersamaan dgn itu aku merasa ada yg mau keluar dari kont0lku. Kubalikkan dia, lalu kugenjot sekuatku.
“Maass.. udaahh.. gelii.. aduuhh..”
Aku tdk peduli. Kugenjot terus. Sampai akhirnya,
“Fiiitt.. Maass juugaa.. pipiiss..”
Dan,
“Crett.. Crett..” Kusemprotan maniku 3 kali berturut-turut ke memeknya.
“Aaahh..”
Kucabut kont0lku dan aku tergolek lemas di sebelahnya. Bukan main, setelah sensasi dahsyat tadi mereda, kucium dia.
“Terima kasiihh.. yaa Fiitt..”
“Aaahh.. Mass..”
Kami tidur berpelukan berdua sampai kami terbangun karena badan kami dingin karena tdk memakai selimut. Lalu kami berpakaian, mencium pipiku, kuantar sampai pintu rumahnya.
Ah.. perjakaku hilang diumur 13 tahun.
Sejak saat itu Fitri kalau datang belajar pasti tdk memakai kaos dlm atau BH. Karena Fitri sejak kelas 2 SMP sdh memakai BH. Malu sama teman katanya.
Bahkan kalau sdh kepingin dia datang tanpa mengenakan celana dlm. Kami melakukannya siang dan malam. Kadang di rumahku atau di rumahnya. Paling sering di rumahnya. Berbagai posisi sdh kami lakukan.
Berdiri, sambil duduk (dia kupangku menghadapku), dia di atas, model anjing. Kecuali kalau saat dia mens, atau saat bapaknya di rumah. Itupun dia masih rela mengemut punyaku.
Ketika terdengar kabar bahwa Tapol G30S PKI dibebaskan, aku menemani ibuku mencari bapakku ke kota Bandung. Tdk ketemu. Di Jogya, di rumah keluarganya juga tdk ditemukan. Apa bapakku sdh tiada? Padahal pada daftar orang-orang yg dibebaskan tercantum nama bapakku, dibebaskan di Bandung.
Pada suatu sore, saat itu ibuku sedang shalat maghrib, ada seseorang dgn pakaian lusuh dan tampang sedih mampir ke warungku meminum kopi dan makan pisang goreng.
Kuperhatikan dia sering melamun dan pandangannya kosong. Kuperhatikan lebih seksama lagi. Sepertinya aku pernah mengenalnya. Tp dimana?
Tiba-tiba aku dikagetkan oleh teriakan ibuku.
“Maass..” teriak ibuku.
Rupanya ibuku sdh lama memperhatikan pria itu selagi minum kopi. Orang itupun kaget. Setelah saling pandang beberapa saat, mereka saling berpelukan erat. Ibuku menangis meraung-raung. Aku bingung harus berbuat apa. Aku diam saja.
“Mass itu anakmu yg kukandung dulu saat Mas pergi. Sini Pri kasih salam sama Bapakmu,” kata ibuku.
Kucium tangannya lalu kami bertangisan bertiga. Tangisan bahagia. Aku bahagia sekali. Aku sekarang ditemani bapakku. Orang yg dulu sangat kudambakan. Tp akibatnya hubungan dgn Fitri jadi tdk sebebas dulu lagi.
Kami harus curi-curi waktu untuk bersama-sama pada saat bapakku mencari kerja sebagai tukang kayu atau saat bapak dan ibuku jaga warung berdua.Akhirnya bapakku memutuskan untuk membesarkan warung saja.
Keadaan itu berakhir ketika pemilik kontrakan datang dan memberitahukan bahwa kontrakan akan dijual 3 bulan lagi. Orang tuaku pindah kontrakan tak jauh dari tempat semula, sedangkan Fitriku pindah ke Ciamis.
Sebelum perpisahan, Fitri memberiku servise yg tak terlupakan. Kami bergumul di kebun selama kurang lebih tiga jam. Kenangan yg takkan terlupakan.
Selamat jalan Fitriku..
Tamat.