Hadiah Kenikmatan Dapat 2 Memek Chinese Part 1

News Online Itil

Cerita Sex Hadiah Kenikmatan Dapat 2 Memek Chinese Part 1 – saya tak menyangka ada pengalaman seperti ini. Dan tak menyangka pula ada orang seberuntung Ardy. Di hari ulang tahun di hadiahi 2 memek chinese oleh pacarnya sendiri. Sungguh kenikmatan tiada tara dapat ngentot 2 gadis yang bersaudara dalam semalam.

“Aaahh..”, jeritnya.

Tubuh montoknya itu bergetar hebat. Pantatnya dihentak-hentakkannya ke atas. Pahanya terangkat dan membelit pantatku sehingga menyatu sepenuhnya. Aku diam memberikan kesempatan kepadanya untuk menikmati orgasmenya.

Tubuhnya bergetar-getar diiringi desah nafas terengah-engah. Rasanya dunia ini dilupakan kalau tidak karena desahan Mei yang berbaring di sebelah kami. Mei ternyata sedang asyik mempermainkan vaginanya sendiri. Kurasa ini saat yang tepat untuk menyetubuhi Mei. Apalagi aku belum orgasme sehingga kemaluanku masih tegak.

“Sekarang giliran Mei”, bisikku di telinganya.

Cerita Sex Hadiah Kenikmatan Dapat 2 Memek Chinese Part 1
Cerita Sex Hadiah Kenikmatan Dapat 2 Memek Chinese Part 1

Cerita Sex Hubunganku dengan Mei (baca ceriteraku sebelumnya, “Penghibur Hati Yang Sepi”) semakin hari semakin akrab. Hari-hari kami terasa indah. Wanita cantik dan seksi itu ternyata sangat liar kalau di atas ranjang. Nafsu seksnya besar dan terus menerus butuh pemuasan.

Akupun dengan senang hati melayaninya. Apalagi ia sangat akrab dengan kedua anakku, Anita dan Marko. Mereka sering diajak jalan-jalan dan diberi hadiah. Melihat keakraban mereka aku berpikir, apakah Mei dapat menjadi ibu baru bagi mereka.

“Anak-anak kelihatannya suka denganmu, Mei”, kataku satu malam sesudah melewati satu ronde persetubuhan yang panas, “Mereka kelihatannya mau kalau kamu menjadi ibu baru mereka. Bagaimana pendapatmu?”
“Kita jalani saja seperti ini dulu”, kata Mei menanggapi, “Aku memang menantikan kata-kata ini.

Aku senang kalau diberi kesempatan menjadi ibu bagi Anita dan Marko. Namun lingkungan keluargaku masih agak sulit menerima kamu, maaf, yang bukan keturunan Cina. Tapi kupikir lama-lama mereka juga akan mau. Sabarlah, sayang. Lagi pula tidak banyak bedanyakan. Aku selalu siap untuk kamu kapan saja”, lanjutnya.

Aku paham sepenuhnya. Sejak mengenalku kami rutin bertemu untuk hubungan seks. Paling kurang beberapa kali seminggu, kecuali kalau lagi saat menstruasinya. Akhir pekan selalu menjadi kesempatan terindah. Ia mengakui kalau ia ketagihan bersetubuh denganku.

Selalu orgasme, begitu katanya. Karena itu ia selalu menantikan saat-saat pertemuan. Aku merasa bangga karena kapan saja aku dapat menikmati tubuh Mei yang cantik dan seksi itu. Menggumuli tubuhnya yang mulus dengan buah dada yang montok dan pantat yang besar itu menjadi kebanggaan tersendiri.

Mungkin karena selalu puas bersetubuh denganku, ia menjanjikan hadiah kejutan untuk ulang tahunku.

“Aku ingin memberi hadiah khusus buatmu”, katanya empat hari sebelum ulang tahunku.
“Apa itu?” tanyaku.
“Kalau disampaikan sekarang itu bukan kejutan namanya”, katanya, “Yakin deh, pasti akan menyenangkan hadiahnya.”

“Tapi anak-anak pasti merayakannya pada hari itu”, kataku.
“Yah, kita rayakan sehari sesudahnya”, katanya, “Untuk itu mulai besok sampai hari itu kita tidak bertemu”, lanjutnya.

Aku mengerti. Hadiah khususnya itu ternyata hubungan seks, tapi pasti dengan cara yang khusus. Apa ada pesta berdua dengan cahaya lilin? Dilanjutkan dengan hubungan kelamin yang penuh gelora? Ataukah menginap di satu hotel sambil saling memberi kenikmatan? Terserah dia saja. Toh namanya hadiah.

Ternyata hari-hari menanti hadiah itu sungguh menyiksa. Aku selalu merindukan tubuh montok itu. Aku menelponnya tetapi ia hanya menjawab dengan tertawa-tawa. Ia pasti tahu kalau aku sudah tidak dapat menahan birahiku yang menggelora.

Hari ulang tahunku. Di kantor teman-temanku menyanyikan “Happy Birthday to you” dan ada ucapan selamat. Yang membuatku terkejut adalah kartu ucapan selamat atas adanya “pendamping” baruku, “Congratulations for your new beautiful soul mate!”

“Aku dukung, Mas Ardy”, kata Ibu Nadya kepala bagianku.
“Dukung apa, Bu?” tanyaku.
“Alaa.. Mas Ardy ini ada aja”, sela Santi yang lincah, “Kan sudah ada pendamping baru. Cantik lagi. Siapa namanya?

Kenalin ke kita, dong”, godanya.
“Namanya, Mei”, kataku karena tak ada pilihan lain, “Tapi belum jelas nih. Jangan dulu deh ucapan selamatnya, nanti keburu bubarkan repot,”

Siang itu di kantor aku tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Aku hanya mereka-reka, pesta seks apa yang disediakan Mei untuk merayakan hari ulang tahunku. Menunggu sehari saja rasanya sangat lama. Akhirnya toh hari yang dinantikan itu tiba. Mei menelpon, jam tujuh sudah harus ada di rumahnya.

Jam tujuh malam itu aku sudah di depan rumahnya. Ternyata pintu pagar tidak dikunci. Ada kertas kecil di pintu minta agar pagar dikunci. Aku menguncinya dan terus ke pintu depan.

Ternyata pintu itu sedikit terbuka. Aku masuk. Ruangan depan kosong. Aku terus melangkah ke dalam. Begitu aku masuk ruang tengah, Mei menyongsongku.

“Selamat Ulang Tahun!” serunya.

Aku segera merangkul tubuhnya ke dalam pelukanku. Bibirku mencari bibirnya dan dengan buas melumat bibir itu setelah empat hari tidak merasakannya.

“Uhmm.. Uhmm..”, gumamnya gelagapan menghadapi seranganku.

News Online Itil

Ia sepertinya mau bicara tetapi aku tak memberinya kesempatan. Lidahku menerobos masuk ke mulutnya dan mempermainkan lidahnya. Tangan kiriku kulingkarkan ke lehernya dan tangan kananku meraih pantatnya. Kutekan tubuhnya ke arahku membuat ia tidak dapat bergerak ke mana-mana. Di saat itulah kudengar suara.

“Ehem..”, suara seorang wanita.

Aku terkejut dan melepaskan pelukanku. Aku menoleh. Di atas sofa ruang tengah duduk seorang wanita lain. Aku kaget bukan kepalang. Wanita itu senyum-senyum menatapku salah tingkah. Pastilah wajahku memerah seperti udang rebus.

“Makanya tahan-tahan sedikit”, kata Mei sambil tertawa menggoda.

Aku terdiam tidak tahu mau bicara apa.

“Ada yang nonton, tuh”, lanjutnya, “Ayo mari aku kenalin. Ini Yen, sepupuku, ”
“Yen”, kata wanita itu malu-malu sambil menyorongkan tangannya.
“Ardy”, sahutku sambil menjabat tangannya.
“Cantik, kan”, kata Mei.

Aku memandang lekat wanita itu. Seperti Mei, wanita ini pun keturunan Cina. Ia lebih tinggi dari Mei, sekitar 170 cm. Rambutnya yang panjang hingga menyentuh pinggul dibiarkan tergerai. Ia memakai blouse kuning pucat berleher rendah dengan lengan pendek berenda,

dipadu dengan celana sebatas lutut dari bahan denim sebatas lutut. Mataku dengan cepat merayap ke dadanya yang jelas semontok dada Mei. Pinggangnya cukup ramping walau tidak seramping Mei, diimbangi oleh pantatnya yang besar. Betisnya bulat padat. Jelas ia lebih muda dari Mei.

“Aku sudah sering mendengar cerita tentang Kho Ardy dari Ci Mei”, kata Yen, “Jadinya penasaran aku, pingin kenalan,”
“Apa kata Mei”, pancingku. Yen tersenyum malu-malu.

“Ha ha..”, ia tertawa, “Katanya Kho Ardy orangnya baik, sabar, romantis dan.. Hi hi..”
“Hi hi apa”, potongku.
“Kuat”, katanya tertawa sambil menutup mulutnya.

“Ada aja Mei ini”, sahutku agak malu sambil menoleh ke Mei. Tapi dalam hati aku jelas sangat berbangga.
“Kan benar, apa yang aku ceritakan”, sahut Mei, “Dan yang paling penting”, lanjutnya sambil merangkul bahu Yen, “Kami berdua adalah hadiah ulang tahunmu,”

Aku tertegun tak mampu berkata-kata. Mimpi apa aku semalam? Kedua wanita Cina seksi menawan ini menjadi hadiah ulang tahunku? Keduanya berdiri di hadapanku sambil mengikik.

Kupandangi keduanya lurus-lurus dengan mata berbinar. Waooh! Tak dapat kubayangkan seperti apa sensasi di ranjang nanti diapit oleh dua wanita Cina cantik, bahenol dan seksi ini.

“Wah, sudah nafsu nih”, goda Mei. Yen tertawa pelan menimpali.
“Abis hadiahnya istimewa begini”, sahutku.

Keduanya mendekatiku. Mei merangkulku ketat dan mendaratkan ciumannya bertubi-tubi. Kurasakan padat tubuhnya. Buah dadanya yang montok lembut dan menggairahkan itu menekan dadaku. Kurengkuh pantatnya dan kurapatkan ke tubuhku.

“Selamat Ulang Tahun, sayang”, katanya.

Dilepaskannya tubuhku. Yen mendekatiku. Kurangkul ia ke dalam pelukanku. Ia mencium pipiku kiri dan kanan. Buah dadanya yang montok dan kenyal itu menekan dadaku. Tubuh seksi itu bergetar. Denyut jantungnya terasa olehku.Tanganku melingkar ke bongkahan pantatnya yang bulat padat itu dan kurengkuh rapat ke tubuhku.

Ia menggeletar dalam pelukanku ketika kudaratkan ciumanku ke bibirnya. Ia menyambut hangat. Kujulurkan lidahku dan menerobosi mulutnya. Lidahku segera disambut oleh permainan lidahnya. Celanaku mulai terasa sesak karena gerakan kemaluanku yang mengeras.

“Sudah.. sudah..”, potong Mei, “Nanti diteruskan. Sekarang kita makan dulu, ”

Aku melepaskan Yen dari pelukanku walaupun nafsu birahiku mulai meningkat ingin segera dituntaskan. Kami beralih ke ruang makan menikmati hidangan yang sudah tersedia. Kulihat ada sebotol anggur merah. Makam malam terasa sangat indah dalam cahaya lilin.

Rasa bangga menyelimuti benakku. Bayangkan! Di tengah ruangan yang romantis dengan hidangan yang enak dalam temaram cahaya lilin, aku duduk menikmati anggur merahku dengan diapit dua wanita cantik bermata sipit nan bahenol dan seksi.

Aku tidak ingin terburu-buru menikmati semua ini walaupun senjata andalanku di bawah sana telah semakin tidak sabar, ingin segera menyatu dengan tubuh-tubuh seksi ini bergiliran. Keduanya pasti tahu dari gerak mataku yang jelalatan, melompat dari satu tempat ke tempat yang lain.

Namun aku tidak ingin memberi kesan liar. Terutama untuk Yen, kesan pertama ini harus indah dan romantis sehingga di masa depan tetap ada kesempatan untuk menggarapnya.

Seperti Mei, Yen juga sudah menjanda sekitar enam bulan. Ditinggal suami yang pergi dengan wanita lain katanya. Usianya 29 tahun, tiga tahun lebih muda dari Mei, sepuluh tahun lebih muda dariku. Dalam hati aku berpikit, kok bisa ya, wanita secantik ini bisa ditinggal suami, minggat dengan wanita lain.

Pasti bodoh lelaki itu. Tapi itu bukan persoalanku. Yang jelas ia ada di sini malam ini untukku. Malam ini kesempatan terbuka lebar bagiku untuk menikmati tubuhnya. Perbedaan sepuluh tahun sama sekali tidak ada pengaruhnya untuk urusan ranjang. Waahh.. Betapa beruntungnya aku.

Selesai makan malam, aku diminta menanti di ruang tengah. Keduanya menghilang ke lantai atas. Aku menungguh dengan jantung berdebaran. Lampu-lampu diredupkan. Dan dari lantai atas kulihat keduanya turun dengan membawa kue ulang tahun dihiasi lilin beryala berbentuk angka 39.

“Happy Birthday to you”, keduanya bernyanyi, “Happy birthday to you. Happy birthday, Dear Ardy. Happy birthday darling!”

Pemandangan di depanku sungguh-sungguh indah. Sambil memegang kue ulang tahun itu, keduanya ternyata hanya mengenakan BH dan celana dalam. Mei memakai BH dan celana dalam berwarna merah hati, sedangkan Yen mengenakan BH dan celana dalam hitam.

Sangat kontras di kulit keduanya yang putih bersih. Buah dada keduanya menyembul dari BH kecil yang hanya menutupi sepertiga buah dada itu. Dalam temaram lampu yang redup kulit keduanya yang putih nampak sangat indah.

Pusar di perut itu nampak menawan. Paha-paha padat itu menopang pinggul yang bundar dan digantungi oleh bongkah-bongkan pantat yang padat dan bulat. Celana dalam kecil yang menutupi pangkal paha menampilkan pemandangan yang sungguh menggairahkan.

Kemaluanku mengeras dan berdenyut-denyut, tidak sadar menanti saat nikmat menyatu dengan kedua tubuh menawan itu.

Setelah meletakkan kue dihiasi lilin bernyala itu di depanku, Mei memintaku berdiri. Lalu keduanya melepaskan pakaianku satu per satu. Bajuku, sepatuku, kaos kaki, celanaku, dan kaos dalamku. Yang tertinggal hanyalah celana dalamku yang sudah tidak mampu menyembunyikan kemaluanku yang sudah menggunung.

Mei merapat ke sisi kiriku sedangkan Yen ke sisi kananku. Keduanya menggelayut ke dua lenganku sehingga tonjolan buah dada masing-masing menempel erat di lenganku.

“Ayo, lilinnya ditiup dan kuenya dipotong”, kata Yen.

Aku duduk diapiti oleh keduanya dengan tubuh menempel erat ke tubuhku. Kutiup lilin itu dan memotong kuenya. Potongan pertama kusuapkan ke mulut Mei dan yang kedua ke mulut Yen. Setelah toast anggur merah, mulailah aku menikmati hadiah ulang tahunku.

Aku menyandar di sofa dan kubiarkan kedua wanita cantik itu melakukan apa yang mereka mau. Setelah masing-masing memperoleh ciuman di bibir, mulailah mereka beraksi.

Bersambung…

Itil Service
News Online Itil