Guru Yang Pintar Membodohi Murid Polos

News Online Itil

Cerita Sex Guru Yang Pintar Membodohi Murid Polos – “Ayo Linda, kamu maju kedepan dan kerjakan tugas ini dipapan,” perintah Mardi pada muridnya. Pagi itu Mardi mengajar matematika untuk kelas satu. Jumlah murid kelas 1A hanya 30 orang, yang cowok 10 dan cewek 20. Begitu dapat perintah Mardi, Linda maju kedepan untuk mengerjakan perintah Pak guru Mardi.

“Sudah pak.., sudah selesai,” kata Linda setelah mengerjakan tugas dipapan tulis. Mardi bangkit dari duduknya, dan mengamati tugas yang dikerjakan Linda.
“Wah., kamu ini pasti tidak pernah belajar ya? Kok ini salah semua.. Sini kamu Linda, bapak beri hukuman,” Mardi sedikit melotot meminta muridnya mendekat.

Linda adalah gadis ABG berusia 13 tahun. Bagi Mardi, murid yang satu ini cukup manis dan cantik, walaupun masih ABG alias bau kencur. Body Linda yang mulai remiahspnaja membuat daya tarik tersendiri bagi Mardi, apalagi tubuh bongsor Linda membuat susu yang baru tumbuh terlihat sexy tak ber BH.

Cerita Sex Guru Yang Pintar Membodohi Murid Polos
Cerita Sex Guru Yang Pintar Membodohi Murid Polos

Cerita Sex “Nih.. Lain kali belajar yaing rajin ya..,” Mardi mencubit bokong Linda dengan gemas sampai gadis cilik itu meringis kesakitan.
“Ampun Pak guru.. Iya besok saya belajar,”

Linda takut sekali dimarahi Pak guru Mardi.
“Anak-anak yang lain, kalau kalian tidak belajar maka kalian akan bernasib sama kayak Linda. Nah Linda, jam istirahat nanti kamu menghadap Pak guru ya,

kalau nggak ada diruang guru kamu cari bapak dirumah,” peritah Mardi lagi, Linda merunduk ketakutan. Setelah jam pelajaran Matematika selesai, Mardi kembali kerumahnya yang hanya beberapa meter dari sekolah. Kelas 1A kemudian diajar Bu Westi untuk pelajaran IPA.

Kesempatan jam istrirahat satu jam lagi dinanti Mardi dirumahnya, akal bulusnya mulai disusun untuk dapat melampiaskan nafsu yang terpendam pada Linda.

“Teng.. Teng.. Teng,” bel istirahat berbunyi, anak-anak SMP terlihat berhamburan keluar untuk beli aneka jajanan dikios-kios sekitar sekolah.

Diruang tamu rumahnya, Mardi menunggu Linda datang.Dan betul saja, beberapa menit setelah lonceng berbunyi Linda terlihat menuju rumah Pak guru Mardi.

“Ayo masuk Linda, duduk disini,” kata Mardi begitu Linda sampai.
“Iya Pak guru,” Linda langsung duduk dikursi di depan Mardi.
“Nah sekarang kamu jelaskan kenapa kamu ini terlambat sekali berpikirnya, apa dirumahmu banyak pekerjaan yang harus kau lakukan, atau memang kamu malas belajar hah?”

Mardi berlagak marah membuat Linda ketakutan.
“Eh.. Anu pak.., saya kalau dirumah memang repot jagain adik yang masih kecil, jadi sering lupa belajar, maaf Pak guru,” Linda tertunduk.

Mardi tersenyum simpul melihat Linda yang ketakutan, iapun segera berpikir untuk menggarap murid bongsor itu. Mardi kemudian menjelaskan pada Linda kalau dirinya bisa pintar secara instan tak perlu belajar, tentu sja itu akal-akalan Mardi.

“Kalau kamu mau, kamu harus datang kesini nanti sore biar bapak kasih tahu rahasia pintarnya,” kata Mardi meyakinkan.
“Mau pak.. Saya mau sekali asal bisa pintar dan jadi juara,” jawab Linda lugu. Waktu pun disepakati, Linda akan datang jam 5 sore untuk menerima rahasia ilmu dari Pak guru Mardi.

Mardi sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk menggarap tubuh Linda cewoisore itu. Ia tahu benar kalau sore itu kompleks pengajar yang hanya tiga rumah apecogkan sepi karena Pak Mad dan Bu Westi ada acara arisan keluarga. Mardi tak ikut kcbyqarena belum berkeluarga.

“Tok.. Tok.. Tok,” pintu rumah terdengar ketukan.
“gqsmbxEh kamu Linda.. Kok cantik sekali kamu..,” Mardi menyambut Linda dengan genit.
[“Jadi kan bapak kasih ilmunya?” tanya Linda dimuka pintu.

“Jadi dong, ayo masukeugzi kamu,” Mardi menuntun Linda masuk kerumahnya, setelah itu pintu utama ditutup rjuoxapat. Linda pakai rok sekolah sebatas lutut dipadu kaos ketat warna pink, membuawhqpjlt susu yang baru tumbuh nampak tersembul kedepan.

“Nah sekarang bapak mau kasih scmp rahasia pintar, tetapi kamu janji dulu untuk tidak cerita kepada siapapun. Soalwtimjgnya, kalau murid yang lain tahu mereka akan cemburu dan minta ilmu itu juga, nanhwsazti kamu banyak saingan dan susah jadi juara, mau kan?” kata Mardi.

“Iya.. I.. Ilyzhya Pak saya janji,” jawab Linda lugu.
“Oke kalau begitu, sekarang kamu duduk disini ya, biar bapak kasih ilmunya,” Mardi menyuruh Linda duduk di bangku kayu, Lgpuveminda menurut saja.

Setelah Linda duduk, Mardi mendekat dan berbisik-bisik ketelinga kanan Linda.

“Kalau mau pintar, telingamu harus dijilati seperti ini,” kata Mardi, lidahnya langsung menyapu daun telinga Linda berkali-kali sambil tahycaukngannya memegangi kepala Linda.
“Aduh.. Geli Pak guru..

Geli sekali,” Linda kegelian berusaha berontak.
“Geli ya?, ya memang begitu, tahan sedikit ya,” Mardi begjaberhenti sebentar untuk meyakinkan Linda, tapi jilatan itu dilanjutkan lagi seteqeadynlah Linda mengangguk.

Puas menjilati telinga Linda, jilatan Mardi turun keleher rxusvaLinda, dan tangannya ikut turun juga mengusap dan sedikit meremasi susu baru tum buh milik Linda.
“Engghh geli Pak guru..,” Linda menepis tangan Mardi, Mardi puuhjpbzn menghentikan aktifitasnya.

“Eh kamu ini gimana sih? Mau pintar apa tidak?” kayxmjta Mardi sedikit melotot dan berlagak marah. Linda jadi takut.
“Iya pak, mau,” zxvtsbjawab Linda tertunduk.

“Baiklah, telingamu sudah bapak bersihkan. Nah sekarang kamu buka bajumu dan mandi gih di kamar mandi itu, tapi jangan pakai sabun, biargjiy bapak yang nyabunin nanti. Mengerti?” Mardi memerintah lagi. Linda yang anak kampung menurut saja, tak menaruh curiga.

Gebyar.. Gebyur.. Linda mulai mandi telanjang. Pintu kamar mandi tak ditutup, dan Mardi menikmati tubuh telanjang Linda dari pintu itu.

News Online Itil

“Sudah Pak guru, sekarang sabunnya mana?” tanya Linda.

gvxmtTubuh Linda yang beranjak remaja membuat nafsu Mardi naik. Susu yang baru tumbuhrfegj dan vagina Linda yang belum berbulu dipandangi Mardi bergantian, lalu Mardi menpcngdekati tubuh berkulit putih itu.

“Ehm.. Bapak sabuni badanmu ya,” tanpa menunvphlggu jawaban Linda, Mardi segera mengusapi tubuh Linda dengan sabun yang dipeganghuglonya.

Tangan Mardi mulai nakal dan menjamahi susu Linda, mengusap-usap dan mentonlaekan nekan. Meski kegelian, Linda nggak berani melawan, takut dimarah Pak guru.Eh tangan Mardi lebih berani lagi mengusap di pangkal paha Linda berkali-kali. Sispketelah puas menjamahi tubuh Linda, Mardi menyuruh Linda menyelesaikan mandi, dangczu menyuruhnya melilitkan handuk saja setelah selesai. Mardi menunggu diruang tamukuxtpq.

“Saya sudah selesai mandi pak,” Linda keluar kamar mandi dengan tubuh terbuyuomngkus handuk.
“Itu baru pintar. Sekarang ikut bapak,” kata Mardi dengan mata beqahsvrbinar, lalu mengamit tangan Linda dan menuntutnya masuk kekamar.
“Sekarang bobo’an disitu ya, biar bapak kasih ilmunya,” suruh Mardi pada Linda, lagi-lagi Linda nurut saja.

Setelah Linda berbaring di ranjangnya, Mardi mendekat dan dudujwhak disamping kanan ranjang itu. Tangan Mardi dengan terampil menghempaskan handuknkae yang dikenakan Linda sehingga tubuh putih Linda yang baru mekar itu langsung tesgforpampang tanpa halangan dihadapan Mardi.

Linda sedikit bingung melihat perlakuanseyv gurunya, tetapi gadis cilik itu tak berani protes. Jakun leher Mardi naik turundvbj memandangi susu ranum Linda yang putingnya masih kecil dan tonjolannya pun beluwnhum sempurna. Lidah Mardi segera menyapu bibirnya sendiri begitu matanya membenturwfodi selangkangan Linda yang ranum belum ditumbuhi bulu.

Tangan Mardi menggerayanejryhagi tubuh Linda, sementara Linda tak berkutik menahan geli. Kemudian Mardi naik keranjang dan mulai menciumi tubuh telanjang Linda.

“Pakhh.. Geli pakhh,” Lindiefha menolak kepala Mardi saat lidah Mardi menjilati susunya.
“Uh.. Kamu ini gimanmbgdea sih? Mau pintar apa tidak? Nilai kamu nanti bapak kasih merah semua lho,” Mardi mengancam dengan mata melotot.
“Iya deh pak, saya mau pintar.. Tapi geli pak,phjcx” Linda pasrah akhirnya.
“Nah gitu donk, geli dikit ya ditahan..,” ketus Mardi dan kembali mencumbui gadis bau kencur itu.

Linda bukan main kegelian, apalagzcvrmi selama ini belum pernah dijilatin susunya, berpikir untuk itu pun belum karenamxtsif usianya masih kecil. Tapi untuk melawan ia tak mampu, selain takut sama Mardi, ltwxqfia juga ingin mendapat ilmu pintar dari gurunya itu. Jadi, Linda hanya bisa mengrvjmungeliat sambil terpekik kecil menahan perlakukan Mardi, hal itu membuat Mardi tambah bernafsu melumati tiap jengkal tubuh Linda.

Ciuman dan jilatan Mardi teruegfiss turun keperut dan selanjutnya turun lagi menuju selangkangan Linda. Mardi berhojyqnenti sejenak, disingkapnya paha Linda agar lebih mengangkang. Mata Mardi hampir rceploncat melihat vagina Linda yang sangat indah. Gadis berusia 12 tahun itu memiliutiawhki vagina yang sip, bibirnya tipis dan bersih tanpa bulu.

“Nah.. Linda, sekarzorpsmang saatnya Pak guru menambah ilmu tadi biar kamu lebih pintar lagi,” kata Mardiejpr. Linda tetap pasrah menerima perlakuan gurunya, dan menunggu apa yang akan terjbmfeuadi selanjutnya tanpa banyak tanya.

“Ahh pakhh..,” Linda terpekik tapi tak berabykani melawan saat lidah Mardi menjalari permukaan vaginanya. Pinggulnya hanya bisakbolfg bergerak kecil menahan geli yang sangat dijilati Mardi.
“Sakit ya Lin?” tanya Mardi ditengah jilatannya.
“Engghaak Pakhh.. Cuma gelii..,” jawab Linda.

Jillbmyatan Mardi diteruskan, dan lama-lama Linda merasakan perasaan yang selama ini beculpelum pernah dirasanya. Geli itu berubah menjadi rasa nikmat yang sensasional bagionwxly Linda. Cairan kental mulai merembes dari vagina Linda,

lidah Mardi menerima caigwjuran itu dan melanjutkannya, cairan itu ditelan Mardi. Sore itu Mardi benar-benarqxyvra mempraktekan fore play yang ditontonnya di VCD porno, kepada Linda muridnya. Lidahnya makin berani menelusup dibelahan bibir vagina Linda.

“Ahh.. Pakk Ghuurupqdkvuu.. Linda pingin pipisshh pakhh..,” Linda merasakan seluruh sendi dibokongnya kjocxpyejang dan terasa enak, tanda-tanda orgasmenya mulai muncul. Mardi tak menyia-nyiakan kesempatan itu, vagina Linda semakin dilumat dan disedot-sedot dengan bibiraxugbtnya.
“Mmmphhff..

Ahh hayoo.. Pipiss aja Linn.. Mmffphh,” Mardi menambah jilatanmrwxdnya divagina Linda, sampai tubuh Linda tersentak-sentak menahan geli.
“Ahh.. Iyygrpcaa..

Linndaa piipiss Pakhh.. Uhh.. Pipiss.. Tuhh.. Aahh,” Linda kejang beberapa gbohkali. Orgasme pertama yang dirasakannya membuat Linda melambung kenikmatan. Mardsbefgi pun menghentikan aksi jilatnya.
“Sakit ya Linn?” tanyanya memandangi wajah Litywmcnda yang semakin ayu dilihat.
“Eh.. Enggak paakk..

Bapak jangan marah ya, Linda pipis dimulutnya bapak.. Habis Linda nggak tahan geli sekali sih,” Linda takut irpbykalau Mardi marah, cairan nikmatnya itu disangka air kencing.
“Bapak nggak marahncpmoh, tapi apa yang kau rasakan tadi?” Mardi memancing Linda.

“Enggh.. Geli pak,”
kymtq “Enak nggak,”
“Iya.. Geli tapi enak pak,” jawab Linda malu.

Mardi kini berdiri dan membuka seluruh pakaiannya, telanjang bulat dihefyzasadapan muridnya yang bugil.

“Nah Linda, sekarang penutupannya. Kamuqokebr akan dapatkan ilmu pintar itu setelah melakukan tugas ini,” kata Mardi sambil memegangi penisnya yang tegang.

Linda sangat malu melihat bfdemjgurunya telanjang, soalnya belum pernah lihat burung kecuali burungnyauolif Anto, adiknya. Tapi Linda nggak berani melawan. Mardi kemudian menyurabnzwuh Linda berdiri berhadapan dengannya, lalu Mardi meminta Linda mengisapi burungnya.

“Kamu sekarang isap burung bapak ini ya.., sama seperti tapi bapak jilatin pepek kamu, ayo cepat gih,” kata Mardi sambil mzurtenuntut kepala Linda merunduk mendekat ke penisnya.
“I.. ii.. ya pak,ktmcuo” Linda menurut. Bibir mungilnya mengecup penis Mardi dan lidahnya mennyqcijilat.

Begitu Linda memasukan penis Mardi kemulutnya, Mardi langsunctosg mencengkeram rambut Linda dan menggerakan kepala Linda maju mundur sjwxyklehingga mulut Linda bergerak mengoral penis gurunya.

“Ohh nikmaatnyijbuaha Lin.., ahh.. Ayo teruskan muridku.. Ohh,” Mardi merasakan nikmat luar biasa. Baru kali ini ia merasakan sensasi dioral anunya. Hal itu berbysvjalan sepuluh menit, sampai akhirnya tubuh Mardi mengejang dan penisnypesha menyemburkan sperma perjakanya menyemprot kewajah Linda.

“Ouhh.. dkxeoLinndaa.. Ohh.. Enghh.. Ohh,” Mardi agak berteriak menahan nikmat itu.ntdm

Sementara Linda bingung memandangi muncratnya air kental yang sebavbcsixgain mengenai wajahnya. Setelah itu Mardi membersihkan wajah Linda pakfkcoai handuk yang tadi dipakai Linda. Mardi pun menciumi wajah Linda, samntzmcbil memeluk gadis cilik itu, sementara Linda bingung harus berbuat apa .

“Terima kasih ya muridku..,” kata Mardi.
“Kok bapak yang terima hleupkasih? Kan saya yang dapat ilmu pintar, saya yang harus terima kasih pak,” Linda memang lugu, tangan Mardi diamit dan diciumnyua penuh hormabjyvqut.

“Oh iya ya.. Sekarang kamu sudah pintar, nah pakai lagi gih bajunypbytnma dan kamu boleh pulang. Tapi ingat, jangan bilang ke orang lain ya kafxcwlau kamu dapat ilmu dari bapak,” perintah Mardi.

Sebenarnya saat itvtmfiu Mardi ingin sekali menyetubuhi Linda, tetapi ia takut jika ketahuan orang. Apalagi Linda masih kecil dan pasti akan kesakitan jika disetubclezuhi paksa. Setelah Linda pulang, Mardi kembali memikirkan cara agar bisa menyetubuhi anak itu dilain kesempatan.

Dua hari seteladpgvh kejadian itu, Mardi kembali dapat jadwal mengajar Matematika di kelabrdcss 1A, kelasnya Linda.

“Ayo Linda, sekarang kamu kerjakan tugas ini dipapan,” lagi-lagi Mardi menyuruh Linda maju. Hari itu, Mardi sengajacojarg memberi tugas yang mudah agar bisa terjawab oleh Linda.
“Sudah seleswtrofsai pak,” kata Linda setelah menyelesaikan tugas dipapan tulis.

Mardi becszviangkit dan memeriksa tugas yang dikerjakan Linda.
“Ya.. Benar, dan inubpewi juga betul. Wah, kamu pintar sekali Linda,” Mardi sengaja memuji, muilzorid yang lain bertepuk tangan disuruh Mardi.

“Nah karena pintar sekarzjceyaang bapak kasih hadiah, ayo sini bapak gendong,” Mardi segera menggendcjlskgong Linda. Tapi tangan Mardi yang menopang bokong Linda bergerak-geraksjhiu nakal mengusapi vital Linda, selama Linda digendongnya.

“Anak-anak, yxpdkkalau kalian sepintar Linda, maka Pak guru pun akan gendong kalian sepvnjuerti ini. Makanya belajar ya anak-anak,” kata Mardi.
“Yaa.. Pakk,” sahut muridnya serempak. Setelah itu Mardi menurunkan tubuh Linda dan pelajaran kembali dilanjutkan di kelas itu.

Hari itu pelajaran Matemahsdxutika adalah pelajaran terakhir di kelas 1A, dan setelah itu mereka bolxtdeeh pulang.

“Pak.., saya mau berterima kasih sekali lagi dikasih ilmjwfhqu sama bapak,” Linda menghampiri Mardi setelah semua murid kelas 1A kejtuizvluar kelas.
“Oh, iya.. Iya.. Yang penting kamu harus jaga rahasia ya vieqsupaya cuma kamu yang pintar,” Mardi tersenyum melihat kebodohan dan kcwrnzeluguan muridnya itu.

“Emm.. Anu pak, PR yang bapak kasih tadi agak scojbswulit buat saya. Bagaimana supaya saya bisa menjawab PR itu pak..?” tanyneigya Linda lagi.
“Duh Linda, kamu kan sudah pintar..

Atau begini saja, pymtzfnanti sore kamu datang lagi kerumah bapak biar bapak bantu kerjain PR zudpitu ya,” pinta Mardi, Mardi mulai berakal bulus untuk bisa menikmati tukmgubuh Linda lagi. Linda yang lugu, mengangguk lalu pulang.

Sore hariylawnya, Linda datang menemui Mardi di kompleks pengajar. Seperti sebelumnzvgsjuya dengan sikap manis Mardi memperlakukan Linda bagai murid kesayanganrqgho, ia pun membantu Linda mengerjakan PR yang diberinya sendiri.

“Wah . Ternyata gampang caranya ya pak,” kata Linda senang setelah tugasnyawlgom selesai.
“Nah Lin.. Sekarang kan masih sore, gimana kalau bapak kasibjvlh ilmu tambahan lagi supaya kamu tambah pintar, mau nggak,”

Mardi mulakwmlbi menjebak Linda.
“Mau.. Pak.. Mau,” jawab Linda cepat, tanpa curiga.jkhfz
“Kalau begitu kamu mandi lagi, kayak kemarin itu caranya kok,” perin tah Mardi.

Linda menurut, dan kejadian sebelumnya terulang lagi, Libjfmnda mandi disabuni Mardi, lalu mengenakan handuk berbaring diranjang koamcyjamar Mardi. Tubuh Linda mengelinjang dijilati Mardi. Bedanya, kali inidgay Mardi pun telanjang bulat, siap menyenggamai Linda.

“Ahh pakhh.. Gaukgfseli pakhh..,” Linda menggelinjang menahan geli dijilati Mardi dibagiankvahn vaginanya.
“Geli sakit apa geli enak Lin..?” Mardi menanyakan itu sahbywmbil terus menjilati vagina Linda.
“Engghh ahh.. Gelii ehh.. Geli ennjhqzcakkh pakhh,” Linda meringis menahan kenikmatan itu.

Mardi berusaha hnawmemperlakukan Linda dengan baik seperti di VCD yang ditontonnya. Tanganblan Mardi menyibak bibir vagina Linda dan lidahnya menyasar klitoris Lin da yang masih kecil dan kencang. Saat klitorisnya dipermainkan lidah Plpafcak guru, Linda merasakan nikmat sekali, geli dan nikmat tepatnya.

Betul juga perkiraan Mardi, wanita seusia Linda memang sudah bisa menerimagjrokn rangsangan seksual. Bukankah wanita jaman dulu kawin diusia belasan sltxgeperti Linda? begitu pikir Mardi. Sambil mempermainkan klitoris Linda,zcln Mardi mengamit tangan Linda dan menuntunnya memegang rambut Mardi.

xmaq “Uhh pakhh.. Linnda pinginn pipiss.. Ouhh,” tangan Linda yang sudah snbhatramapi dikepala Mardi langsung meremasi rambut Mardi, pinggulnya bergoycjqgmang dengan paha mengapit kepala Mardi.

Mardi tak ingin ketinggalan jqftoeLinda, saat Linda berkata ingin pipis, Mardi segera menghentikan aktifpkilvwitasnya. Pertimbangan Mardi tepat, saat itu Linda sudah terbakar birahvldrgi pula, dan cairan yang keluar dari vagina Linda menunjukan kegatalan yang sangat pada vagina Linda.

“Lin.. Pipisnya nanti aja ya, ditahayuhizn dulu. Sekarang bapak kasih ilmu lainnya,” Mardi kemudian menindih turbhjzvbuh Linda, tetapi tangannya menopang agar Linda tak sesak napas.
“Ohh .. Pak, saya mau diapain lagi?” Linda bingung apa mau gurunya itu.

“Bzjaglapak mau kasih ilmunya lagi, tapi Linda tahan dikit ya,” kata Mardi, taqbwiangannya menggenggam penisnya yang sudah tegang dan menepatkan ujungnymwghfoa ke bibir vagina Linda, lalu menggesek-gesekan ujung penis itu ke bibwxozrir vagina Linda. Linda tak merasakan sakit pada vitalnya karena Mardi fpabvhanya mengesekan dipermukaan saja.

“Ahh.. Geli Pakk,” Linda malah mnoswrerasa geli dan nikmat digesek anunya Mardi.
“Enak nggak Lin?” Mardi mrnhpeulai menciumi susu Linda bergantian kanan-kiri.
“Ohh iyyah, enak pak.sqxtuk.,” Linda mulai tersengal.

Merasa Linda sudah dipenuhi birahi, Mardoscii kemudian menekan pinggulnya perlahan, setahap demi setahap sambil tefntyrus menggesekan penis itu kepermukaan vagina Linda.

“Auhh.. Sakit pakhh.. Ouhh,” Linda terpekik saat Mardi sedikit menekan pinngulnya. Ujxedpmqung penis Mardi tepat terjepit dibibir vagina Linda yang sempit.
“Sakagsqhit ya Lin.., kalau begini gimana,” Mardi menghentikan tekanannya dan kembali menggesekan penisnya dipermukaan vagina Linda.

“Nah.. Itu nggabpzyk pak.. Kok tadi sakit ya.., ouhh sakit lagi pakk,” Linda kembali merijexycngis saat Mardi kembali menekan penisnya berusaha menerobos perawan Lijrqhnda. Kepala penis Mardi sudah berhasil masuk kebelahan vagina Linda, tqanryetapi untuk menekan lebih jauh Mardi takut Linda kesakitan.

“Masih sanocdwkit sayang..?” Mardi sudah tak tahan ingin menggenjot Linda, tetapi masih ragu dan takut. Mardi hanya memompa kepala penisnya masuk keluar kzsvie permukaan liang nikmat Linda.
“Iya Pak agak sakit, tapi sekarang enaehrcdak.., ahh..

Sakit sekalii pakhh ouhh,” Linda meringis sejadinya, saat itu Mardi tak bisa lagi menahan nafsunya, penisnya ditekan lagi menerobos vagina Linda yang masih sempit. Penis Mardi masuk sampai separuh mhrsofengoyak selaput dara Linda, kini cairan bening kental bercampur bercakmdqua darah dari vagina Linda.

“Ahh.. Ampuunn sakitt pakk..,” Linda berugnvhjpsaha mendorong tubuh Mardi, tetapi Mardi justru menekan lebih kuat, meqengmbuat penisnya terbenam separuh di vagina Linda.
“Tahan dikit Lin.. Hmargampir selesai, gini sakit nggak,” penis yang terbenam separuh dibiarkan Mardi tak digerakan.

“Ouhh.. Iya Pakk.. Sekarang nggak sakit, kalauvbmcng pelan nggak sakit pak,” Linda merasa sakit divaginanya mulai hilang, agkqdan Mardi mulai menggerakan pinggulnya naik turun perlahan.
“Sakit Libucemon..? Ouhh enak sekali pepeknya Lin..,” Mardi kenikmatan penisnya dijepii vagina Linda yang rapat.

“Ouh.. Pelan saja pak.. Ohh.. Linda ena [17tahun2.com] kk pakk,” Linda tak lagi merasa sakit, Mardi lebih berani menghujamkanplkib penisnya lebih dalam. Tapi setiap Linda meringis sakit, Mardi mengheneiuhtikan sejenak, lalu lanjut lagi. Lima belas menit setelah itu, Linda tkbvpcak lagi merasakan sakit, sakit itu kini berubah total menjadi nikmat yshzjang belum pernah diterima Linda selama ini, juga Mardi yang masih ngejzqioomblo.

“Gimana Linda.. Enak sekarang.. Ouhh.. Enakk sekali pepekmu Linn..,” Mardi menggenjot Linda dengan gerakan pelan.
“Ouhh pakkhh.. Enakk pakhh, sekarang kok enakhh ahh,” Linda dan Mardi merasakan nikmat yang sama.
“Pakhh Lindaa..

Mau pipisshh.. Ouhh.. Pakhh uhh.. Pipis hmvagLinda tuhh.. Ahh,” beberapa menit kemudian Linda mencapai orgasme, tuuhnya sampai menggelinjang dan kejang-kejang.
“Ouhh Linn.. Ouhh.. Ohhfikoud.. Nikmatnyahh.. Oh.. Ouhh,” Mardi pun klimaks, semburan spermanya membasahi vagina Linda.

Begitulah, Mardi akhirnya bisa memerawani Linda skhniekaligus menyerahkan perjakannya pada Linda. Setelah beristirahat sejenak, Mardi menyuruh Linda mengenakan pakaiannya lagi dan menyuruhnya pulang.

Dengan alasan memberikan ilmu pintar, guru bejad Mardi berhasil memetik belasan perawan bocah ingusan, yang rata-rata muridnya. Sejpshawlama dua tahun Mardi sukses menjalankan aksi bejadnya itu. Sial bagi Mardi, kelakuannya membobol perawan belasan muridnya terungkap saat ia xktabberniat mengerjai Putri, anak Bu Wasti yang juga guru disana.

Putri be rceloteh pada ibunya, dan Wasti pun melaporkan Mardi ke Polisi. Setelafhnxrvh Mardi ditangkap, orang tua belasan murid yang menjadi korban termasugwsmk Linda turut melaporkan Mardi. Mardi pun diproses dan kini mendekam dkgdji Lapas sebagai terpidana 8 tahun penjara.

Itil Service
News Online Itil