Cerita Sex Geli Tapi Nikmat Saat Memek Dina Dientot Part 2 – Dia mengajakku ke satu resto, aku ikut aja, dia yang pesan makanan dan minuman. Santai sekali malem ini, kami makan dengan santai sembari guyon2 ngomongin aktivitas yang baru kita lakuin tadi dirumahnya. “Bapak kuat banget sih maennya. Kalo maen ma abege pada lemes ya pak. Dina lemes banget deh”. “Tapi nikmat kan”. “banget”. “Mau lagi kan”. “Ya maulah pak”. Selesai makan kami langsung pulang lagi ke rumahnya.
Di kamar, dia berbaring diranjang dan aku duduk disebelahnya. Pakaian luar sudah kulepas sehingga aku tinggal berbikini ria, daleman yang aku beli tadi model bikini. “Din, aku napsu sekali liat badan kamu”, katanya terus terang. Langsung kulirik daerah kon tolnya dari balik celananya, kelihatannya sudah mulai ngaceng karena kelihatan ngegelembung. Dia mengelus2 punggungku, terus tangannya pindah mengelus pahaku, merayap keatas dan menggosok no nokku dari luar CD bikiniku.
Aku mengangkangkan pahaku sehingga jarinya menggosok2 belahan no nokku, tetap dari luar cd. “Ssh pak”, erangku. “Din, kau maukan ngen tot lagi dengan aku”, tanyanya sambil tersenyum, jarinya terus saja mengelus belahan no nokku dari luar. “Mau banget pak, belum pernah Dina merasa senikmat ini dien tot”. Dia mulai menjilati pahaku, jilatannya perlahan menjalar ketengah.
Cerita Sex Aku hanya dapat mencengkram sprei ketika kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir cd bikiniku yang disingkirkan dengan jarinya lalu menyentuh bibir no nokku. Bukan hanya bibir no nokku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang no nokku, rasanya wuiihh..gak karuan, geli-geli enak. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya napsuku.
Sesaat kemudian, dia menarik lepas ikatan cd bikiniku. Dia mendekap tubuhku dari belakang dalam posisi berbaring menyamping. Dengan lembut dia membelai permukaannya yang ditumbuhi jembut yang lebat. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke toketku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu menyusup ke balik bra bikiniku kemudian meremas toketku dengan gemasnya.
“Din, toket kamu besar dan keras. Jembut kamu lebat sekali, pantas napsu kanu besar” katanya dekat telingaku sehingga deru nafasnya serasa menggelitik. Aku hanya terdiam dan meresapi dalam-dalam elusan-elusan pada daerah sensitifku. Dia makin getol, jari-jarinya kini bukan hanya mengelus no nokku tapi juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra bikiniku yang sebelah kanan diturunkannya sehingga dia dapat melihat jelas toketku dengan pentil yang sudah mengeras.
Aku merasakan kon tol keras di balik celananya yang digesek-gesek pada pantatku. Dia sangat bernafsu melihat toketku yang montok itu, tangannya meremas-remas dan terkadang memilin-milin pentilnya. Remasannya semakin kasar dan mulai meraih yang kiri setelah dia pelorotkan cup-nya. Ketika dia menciumi leherku, terasa olehku nafasnya juga sudah memburu, bulu kudukku merinding waktu lidahnya menyapu kulit leherku disertai kecupan. Aku hanya bisa meresponnya dengan mendesah dan merintih, bahkan menjerit pendek waktu remasannya pada toketku mengencang atau jarinya mengebor no nokku lebih dalam.
Kecupannya bergerak naik menuju mulutku meninggalkan jejak berupa air liur dan bekas gigitan di permukaan kulit yang dilalui. Bibirnya akhirnya bertemu dengan bibirku menyumbat eranganku, dia menciumiku dengan gemas. Dia bergerak lebih cepat dan melumat bibirku. Mulutku mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk, dia menyapu langit-langit mulutku dan menggelikitik lidahku dengan lidahnya sehingga lidahku pun turut beradu dengannya. Kami larut dalam birahi, aku memainkan lidahku di dalam mulutnya.
Setelah puas berciuman, dia melepaskan dekapannya dan melepas seluruh pakaiannya. Maka menyembullah kon tolnya yang sudah ngaceng dari tadi. Aku masih takjub pada kon tol yang begitu besar dan berurat. Terbayang besarnya kenikmatan yang akan aku dapatkan kembali kalo kon tol extra besar itu keluar masuk di no nokku. Akupun pelan-pelan meraih kon tolnya, tanganku tak muat menggenggamnya, sungguh fantastis ukurannya. “Ayo Din, emutin kon tolku” katanya.
Kubimbing kon tol dalam genggamanku ke mulutku , uuhh.. susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Selain mengemut tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati biji pelirnya. “Uaahh.. ennakk banget, kamu udah pengalaman yah” ceracaunya menikmati emutanku, sementara tangannya yang bercokol di toketku sedang asyik memelintir dan memencet pentilku.
Tangan kanannya tetap saja mempermainkan no nok dan it ilku. Aku menggelinjang gak karuan, tapi kon tolnya tetap saja aku emut. Aku hanya bisa melenguh tidak jelas karena mulutku penuh dengan kon tolnya yang besar. “Din, kita mulai aja ya. Aku udah gak tahan nih pengen menikmati lagi no nok kamu”, katanya. Dia menelentangkanku, ikatan braku dilepasnya dengan sekali tarikan. Dia mengambil posisi ditengah kangkanganku, kon tolnya yang besar dan keras diarahkannya ke no nokku yang sudah makin basah.
Aku menggeliat2 ketika kurasakan betapa besarnya kon tol yang menerobos masuk no nokku pelan2. no nokku berkontraksi kemasukan kon tol gede itu. “Din, no nok kamu peret banget”, katanya sambil terus menekan masuk kon tolnya pelan2. “Abis kon tol bapak besar sekali. no nok Dina belum pernah kemasukan yang sebesar kon tol bapak, masukin terus pak, nikmaat banget deh rasanya”, jawabku sambil terus menggeliat. Setengah kon tolnya telah masuk.
Dan satu sentakan berikutnya, seluruh kon tolnya telah ada di dalam no nokku. Aku hanya memejamkan mata dan menengadahkan muka saja karena sedang mengalami kenikmatan tiada tara. Dia mulai mengenjotkan kon tolnya keluar masuk dengan pelan, makin lama makin cepat karena enjotannya makin lancar. Terasa no nokku mengencang meremas kon tolnya yang nikmat banget itu. Tangannya mulai bergerilya ke arah toketku. Toketku diremas perlahan, seirama dengan enjotan kon tolnya di no nokku.
Aku hanya menoleh ke kanan dan ke kiri, pinggulku mengikuti goyangan pinggulnya. kon tolnya terus saja dikeluar masukkan mengisi seluruh relung no nokku. Sambil mengenjotkan kon tolnya, dia mengemut pentilku yang keras dengan lembut. Dimainkannya pentil kanan dengan lidahnya, namun seluruh permukaan bibirnya membentuk huruf O dan melekat di toketku. Ini semua membuat aku mendesah lepas, tak tertahan lagi. Dia mulai mempercepat enjotannya.
Aku makin sering menegang, dan merintih, “Ah… ah…” Dalam enjotannya yang begitu cepat dan intens, aku menjambak rambutnya, “Aaahhh pak, Dina nyampee,” lenguhan panjang dan dalam keluar dari mulutku. Aku udah nyampe. Tanganku yang menjambak rambutnya itu pun terkulai lemas di pundaknya. Dia makin intens mengenjotkan kon tolnya. Bibirku yang tak bisa menutup karena menahan kenikmatan itu pun dilumatnya, dan aku membalasnya dengan lumatan juga.
Kami saling berpagut mesra sambil bergoyang. Tangan kanannya tetap berada ditoketku, meremas-remas, dan sesekali mempermainkan pentilku. Terasa no nokku mencengkeram kon tol gedenya. “Uhhh,” dia mengejang. Satu pelukan erat, dan sentakan keras, kon tolnya menghujam keras ke dalam no nokku, mengiringi muncratnya pejunya. Tepat saat itu juga aku memeluknya erat sekali, mengejang, dan menjerit, “Aahhh”. Kemudian pelukanku melemas. Aku nyampe untuk kedua kalinya, namun kali ini berbarengan dengan ngecretnya pejunya.
Setelah dengusan napas mereda, dia mencabut kon tolnya dari no nokku dan terkapar disebelahku. “Pak, kon tol bapak lemes aja udah gede, gak heran kalo ngaceng jadi gede banget. Bener kata temen Dina, makin gede kon tol yang masuk, makin nikmat rasanya”, kataku. “Memangnya kon tol cowok kamu kecil ya Din”, tanyanya. “Ya kecil lah kalo dibandingkan dengan kon tol bapak, ukurannya extra larga ya pak”.
“Iya Din, aku sering ngen tot dengan perempuan lain, tapi dengan kamu yang paling nikmat. no nok kamu kenceng sekali njepit kon tolku dan empotannya luar biasa”, katanya memuji. Aku cuma tersenyum, “Mo lagi ya pak”.Iyalah, aku sih gak bakalan puas deh ngen totin kamu Din”. Dia langsung mulai lagi, luar biasa staminanya, kon tolnya dah mulai ngaceng lagi. tangannya mulai meremas-remas pantatku. Kemudian, dia mengangkat satu kakiku dan menahannya selagi tangan satunya meraih no nokku.
“Ohh.. pak,” rintihku. Kurasakan napsuku mulai naik. Jarinya dengan lincah menggosok-gosok lupak no nokku yang mulai basah. Nafasku juga mulai cepat dan berat. ia membuka cdku dan membuka lebar-lebar pahaku sehingga no nokku terpampang lebar untuk dijelajahi oleh tangannya. Dengan sigap tangannya kembali meraih no nokku dan meremasnya. Dia menjilati telingaku ketika tangannya mulai bermain diit ilku. Napsuku sudah tak tertahankan lagi. Aku mulai mendesah-desah tak keruan.
Jilatan maut di telingaku menambah nafsuku. Dia terus menekan-nekan it ilku dari atas ke bawah. aku meracau tak karuan. “Ahh.. Shh.. pak” desahku bernafsu. Jarinya dengan lihai menggosok-gosok dan menekan it ilku dengan berirama. Rasanya bagaikan melayang dan desahanku berubah menjadi rintihan kenikmatan. Tak sampai 15 menit kemudian, aku nyampe. “Pak, nikmat banget, belum dien tot saja sudah nikmat,” desahku, tanganku meremas tangannya yang sedang bermain di it ilku dengan bernafsu.
Di luar perkiraanku, dia maalah memperkeras dan mempercepat gerakannya. Dia merentangkan kedua pahaku. Kurasakan jilatan lidah di bibir no nokku, rasa menggelitik yang luar biasa menyerang tubuhku. Jilatan itu menjalar ke it ilku, kurasakan gigitan lembut di it ilku yang kian merangsang napsuku. Aku melenguh keras disertai jeritan-jeritan kenikmatan yang seakan menyuruh dia untuk terus dan tak berhenti. Melihat reaksiku, dia terus menggesekan jarinya di liang no nokku yang sudah membanjir.
Tak kuasa menahan nikmat, aku pun mendesah keras terus-menerus. Aku meracau tidak beraturan. Kemudian kurasakan sensasi yang luar biasa nikmatnya tak lama kemudian. no nokku mengeluarkan cairan deras bening, aku nyampe untuk kedua kalinya. “Pak, ooh”, lenguhku. Dia meremas toketku dengan sangat keras. Aku melenguh sakit, kemudian pentilku yang menjadi sasaran berikutnya, dipilin dan dicubitnya pelan. Napsuku kembali berkobar, no nokku kembali membasah,
“Pak, en totin Dina sekarang, Dina udah napsu banget pak”, erangku. kon tol besarnya sudah ngaceng berat mengangguk2. Dia menggesekkan kepala kon tolnya ke bibir no nokku yang sudah basah. Aku merasakan sensasi lebih daripada jilatan lidahnya di no nokku sebelumnya hingga kutanggapi sensasi luar biasa itu dengan rintihan keras kenikmatan. “Ahh! pak..Ohh.. en totin Dina” racauku. Dengan perlahan ia memasukkan kepala kon tol ke dalam no nokku, segera dia menyodok-nyodok kon tolnya dengan kuat dan keras di no nokku.
Rasanya nikmat sekali. Dia mendesah terus-menerus memuji kerapatan dan betapa enaknya no nokku. kon tolnya yang panjang dan besar terasa menyodok bagian terdalam no nokku hingga membuatku nyampe lagi. “pak, Dina nyampe pak, aakh nikmatnya”, erangku. Kemudian dia membalikkan badanku yang telah lemas dan menusukkan kon tolnya ke dalam no nokku dari belakang. Posisi doggie ini lebih nikmat karena terasa lebih menggosok dinding no nokku yang masih sensitif. “Oh Din..no nokmu bagaikan sorga, ”
Akhirnya setelah menggenjotku selama setengah jam, dia ngecret didalam no nokku. Pejunya terasa dengan kuat menyemprot dinding no nokku. Dia melenguh nikmat dan badannya mengejang-ngejang. Tangannya dengan kuat meremas toketku dan menarik-narik pentilku. Setelah reda, dia berbaring di sebelahku dan menjilati pentilku. Pentilku disedot-sedot dan digerogotinya dengan gemas. Tampaknya dia ingin membuatku nyampe lagi. Tangannya kembali menjelajahi no nokku, namun kali ini jarinya masuk ke dalam no nokku.
Dia menekan-nekan dinding no nokku. Ketika sampai pada suatu titik, badanku mengejang nikmat dan dia tampaknya senang sekali hingga jarinya kembali menggosok-gosok daerah rawan itu dan menekannya terus menerus. Wow! Rasanya ajaib sekali! nikmatnya tak tertahankan. G-Spot ku. Aku tidak bertahan lama dan akhirnya nyampe lagi untuk kesekian kalinya. Badanku mengejang dan no nokku kembali berlendir. “pak nikmat banget deh malem ini”, kataku.
Pinter banget dia merangsang aku dan membuat aku nyampe, baik pake kon tolnya maupun pake jarinya. Segera akupun tertidur kelelahan. Ketika aku terbangun hari udah siang, dia masih saja mendengkur disampingku. Aku bangun ke kekamar mandi untuk kencing, cuci muka dan sikat gigi. Ketika kembali ke ranjang dia masih saja mendengkur. Aku ngintip dibalik korden kamar, matahari udah tinggi juga. Aku melihat jam tanganku, udah jam 8 lewat.
Korden kusibakkan, dia terpakun karena silau, matanya dipicingkan untuk mengurangi silaunya sinar yang masuk kamar. Kulihat kon tolnya sudah tegak lagi seperti tiang bendera. Dia ke kamar mandi, terdengar kloset berbunyi, rupanya dia kencing. gak lama lagi terdengar dia menyikat gigi. Ketika dia kembali ke kamar, aku udah berbaring di ranjang lagi menantikan serangan pagi. Aku melihat kon tol besarnya masih aja ngaceng dengan kerasnya walaupun dia udah kencing. Dia duduk disampingku dan mencium bibirku.
“Pagi Din, kita main lagi yo”, ajaknya. Kembali dia menciumku, aku menyambut ciumannya dengan napsu juga, bukan cuma bibir yang main, lidah dan ludah pun saling belit dan campur baur dengan liarnya. Sebelah kakiku ngelingker di pinggulnya supaya lebih mepet lagi. Tangannya mulai main, menjalari pahaku. Tangannya terus menjalar sampai menyentuh celah di pangkal pahaku. no nokku digelitik-gelitik. Aku menggelepar merasakan jari-jarinya yang nakal. Bibir kulepas dari bibirnya.
“Hmmhhh…enak, pak.” jeritku. jari-jarinya tambah nakal, menusuk lupak no nokku yang sudah berlendir dan mengocoknya. Aku tambah menjerit-jerit. “pak…hhh…masukkin kon tol bapak, Dina udah nggak tahan..hhhh…hhh…” Dia segera memposisikan diatasku yang sudah telentang mengangkang. kon tolnya ditancapkan ke no nokku, aku melenguh keenakan, “pak, kon tol bapak nikmat banget deh”. kon tolnya didorongnya lagi sampai mentok. “pak..oohhh..nikmatnya” jeritku. kon tolnya dikocok keluar masuk no nokku.
Aku mulai mengejang-ngejang lagi dan bibirku tak henti-henti menyuarakan kenikmatan. Kurang lebih dua puluh menitan akhirnya dia ngecret. Ugh, rasanya enak bener…! Pejunya berhamburan keluar, bermuncratan dan menembak-nembak didalam no nokku. Aku sendiri sudah beberapa kali nyampe sampe no nokku mengejang-ngejang keenakan. Lendir dari no nokku membanjir…meleber di paha, betis dan pantatku. Aku menggeletak lemas.
Aku dan dia sama-sama mandi keringat. Nafasnya terengah-engah tak beraturan. Dalam nada tersengal-sengal sekarang aku yang minta lagi, “Dina masih kepengen sekali lagi…”. dia merebahkan badannya di sampingku. Dia kembali menciumku. Aku ladenin ciumannya. Dia menindih badanku sambil menciumku. Lidah ketemu lidah, membelit, dan saling menjilat. Aku menggumam gumam kenikmatan, sambil berciuman dia menggoyang-goyang pinggulnya sampai kon tolnya yang telah ngaceng lagi terasa kena di no nokku.
Bosen ciuman, bibir dan lidahnya menjalar ke kuping leher bahu, ketiak, terus ketoketku. Dia gemes banget ngeliat pentilku yang kecoklat-coklatan dan mencuat ke atas itu. Dia menjilat pentilku dengan rakus sampai Aku ngerasa geli. Pentil sebelah kanan digigitnya dengan lembut, lidah nya menggelitik pentilku di sela-sela gigi depannya, sementara toket sebelah kiriku di remas-remas.
Tubuhku menggelinjang karena geli dan nikmat. Setelah beberapa saat di permainkan, toketku terasa mengeras dan pentilnya tegak. Lendir no nokku mengalir dan terasa basah di perutku. “pak, gantian Dina yang ngemut kon tol bapak ya”, kataku sambil menelentangkan badannya diranjang. Aku mulai beraksi. Kupegang kon tolnya dengan kelima jariku. Kukocok-kocok batangnya perlahan. Dia menggumam pelan, “Enak Din, terus..”
Lidahku mulai merambat ke kepala kon tolnya, kujilati cairan yang mulai muncul di lubang kencingnya. Lalu lidahku menggeser ke batangnya, menjelajahi tiap jenjang kon tolnya. Tangan kiriku mengelu-mengelus biji pelernya. “Din…” gumamnya pelan. “Enak banget, geli-geli nikmat”. Aku hanya tersenyum ngeliat dia merem-melek kayak gitu. Terus aku membuka mulutku dan menjejalkan kon tolnya masuk ke dalam mulutku.
kon tolnya kuisep kenceng-kenceng, lalu dengan mulut kukocok kon tolnya turun naik turun naik …uuuuggggghhhh…sedap enak…mmmmhhhh…”, erangnya. Aku lalu merubah posisiku untuk melakukan 69. Aku di atasnya dan menyorongkan pantatku ke mukanya. Dia nggak nunggu dua kali, langsung aja dia menjilati no nokku yang berlendir dan merekah merah itu. Bibirnya menyedot lubang no nokku, menghisap lendirnya.
Lidahnya dimasukin ke dalam lubang no nokku, menjilati dinding-dinding basah, sementara jarinya mempermainkan it ilku. Aku mengerang-ngerang dengan kon tolnya di mulutku, menyuarakan kenikmatan. Lendir dari no nokku membajir membasahi mukanya. Aku melepaskan kon tolnya dari mulutku dan meminta dia menyodok aku dari belakang.
Waktu kon tolnya masuk, aku hanya merintih pelan. kon tolnya dienjotkan keluar masuk dengan kencang, aku hanya bisa mengejang-ngejang menahan nikmat. Tangannya ikut nimbrung merangsang it ilku. Kocokan kon tol di no nokku dan kilikan jarinya di it ilku membuat aku mengerang dan menjerit-jerit kenikmatan. Sudah dua kali no nokku berkontraksi karena aku nyampe, tapi dia terus mengocok kon tolnya keluar masuk sampai aku lemes. Cairan no nokku membecek, meleleh turun ke paha.
Setelah aku nyampe yang ke empat kali di ronde ke dua itu, dia akhirnya ngecret lagi. “pak, nikmat banget pagi ini, lebih nikmat dari semalem, aku sampe berkali2 nyampe baru bapak ngecret”, lenguhku lemes. Dia mencabut kon tolnya dari no nokku. Kemudian dia menyiapkan sarapan untuk kami berdua, setelah itu kami mandi, dan aku dianternya pulang. “Terima kasih untuk malam yang indah bersamamu. Kapan2 kita bisa mengulangi kenikmatan ini”. Dia menciumku, lama sekali.
TAMAT.