Cerita Seks Dewasa Nyata Seorang Pembokat Mulus – Cerita sex nyata, cerita dewasa pembokat mulus, cerita ngentot dengan pembokat, cerita mesum nyata. Namaku Sri, lengkapnya Sri Gunarti, asli dari Solo, pernah 4 kali menikah, tapi tidak pernah bisa hamil, sehingga mantan-mantan suami semua meninggalkanku, bodyku sexy, kulitku kuning langsat, tinggiku 161 cm dengan berat badan 50 kg, “kamu persis Desy Ratnasari, Sri!”, kata mantan suamiku terakhir. Banyak laki-laki lain juga mengatakan aku persis seperti Desy Ratnasari.
Aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di kota Gudeg Yogyakarta, majikanku seorang janda berusia 50 thn, Ibu Sumiati yang masih bekerja sebagai pegawai negeri di Gubernuran. Anaknya 3 orang.Yang pertama perempuan, Aryati 28 thn, bekerja sebagai sekretaris, 2 bulan lagi menikah. Yang kedua juga perempuan, Suryati 25 thn, bekerja sebagai guru. Yang ketiga laki-laki, satu-satunya laki-laki di rumah ini, tampan dan halus budi-pekertinya, Purnomo 22 thn, masih kuliah, kata Ibu Sum, Mas Pur (demikian aku memanggilnya) tahun depan lulus jadi insinyur komputer. Wah hebat, sudah guaaateng, pinter pula…
Meskipun begitu, pakaianku semuanya agak ketat, sehingga lekuk-lekuk tubuhku tetap terlihat dengan jelas. Mas Pur sering melirik ke arahku sambil terkagum-kagum melihat bentuk tubuhku, aku selalu membalasnya dengan kedipan mata dan goyangan lidah ke arahnya, sehingga membuat wajahnya yang lugu jadi pucat seketika. Paling telat jam 7:15, mereka semua berangkat meninggalkan rumah, kecuali Mas Pur sekitar jam 8:00. Aku tahu, Mas Pur sangat ingin menghampiriku dan bercumbu denganku, tapi ia selalu nampak pasif, mungkin ia takut kalau ketahuan ibunya.
Setelah pasti mereka sudah jauh meninggalkan rumah, aku segera masuk kamarku dan mengganti pakaianku dengan rok supermini dan kaus singlet yang ketat dan sexy. Kusemprotkan parfum di leher, belakang telinga, ketiak, pusar dan pangkal pahaku dekat lubang vagina. Rambutku yang biasanya kusanggul, kuurai lepas memanjang hingga sepinggang. Kali ini, aku pasti bisa merenggut keperjakaan Mas Pur, pikirku.
Omongannya masih belum “to-the -point”, padahal aku sudah memijatnya dengan sentuhan-sentuhan yang sangat merangsang.Aku sudah tak sabar ingin bercumbu dengannya, merasakan sodokan dan genjotannya, tapi maklum sang pejantan belum berpengalaman.”Mas Pur sudah pernah bercumbu dengan perempuan?”, aku mulai mengarahkan pembicaraan kami, dia hanya menggeleng lugu. “Mau Mbak Sri ajari?”, wajahnya merah padam dan segera berubah pucat.
Kulucuti seluruh pakaian Mas Pur, kaos oblong dan celana pendeknya sekaligus celana dalamnya, langsung kupagut kontolnya yang sudah menjulang bagai tugu monas, kuhisap-hisap dan kumaju-mundurkan mulutku dengan lembut dan terkadang cepat…”Aduuuh, enaaaak, Mbak Sri….” jeritnya… Aku tahu air-mani akan segera keluar, karena segera kulepaskan kontolnya, dan segera meremasnya bagian pangkalnya, supaya tidak jadi muncrat.
Kugenggam batang pelernya, dan kutuntun mendekati lubang nonokku, kugosok-gosokkan pada itilku, sampai aku terangsang lagi… Sebelum kumasukkan batang keperkasaannya yang masih ting-ting itu ke lubang nonokku, kuambil kaos singletku dan kukeringkan dulu nonokku dengan kaos, supaya lebih peret dan terasa uuenaaaak pada saat ditembus kontolnya Mas Pur nanti… “Sebelum masuk, bilang ‘kulonuwun’ dulu, dong sayaaaaaang…”, Candaku….
Sekarang giliranku yang di atas… Mas Pur terlentang keenakan, aku naik-turunkan pinggulku, rasanya lebih enak bila dibanding aku di bawah, kalau aku di atas, itilku yang bertumbukan dengan tulang selangkang Mas Pur, menimbulkan rasa nikmat yang ruaaaaarbiassssa uu-enaaaaaaknya….. Keringat kami mulai berkucuran, padahal kamar Mas Pur selalu pakai AC, sambil bersenggama kami mulut kami tetap berpagutan-kuat. Setelah bosan dgn tengkurap di atas tubuh Mas Pur, aku ganti gaya.
Sekarang giliran Mas Pur yang di atas, waduuuuh… sodokannya mantep sekali… terkadang lambat sampai bunyinya blep-blep-blep… terkadang cepat plok-plok-plok… benar-benar beruntung aku bisa senggama dengan Mas Purnomo yang begini kuaaaatnya, kalau kuhitung-kuhitung sudah tiga kali air nonokku keluar karena orgasme, kalau ditambah sekali pada waktu itilku dijilati tadi sudah empat kali aku orgasme…
Sambil mendesis, aku segera mengangkat pinggulku lagi, kedua kakiku kulingkarkan pada pinggangnya, guling yang sudah terlempar tadi kuraih lagi dan kuganjelkan setinggi-tingginya pada pinggulku, hunjaman kontol Mas Pur semakin keras dan cepat, suara lenguhan kami berdua hhh…hhhhh….hhhhhh….. seirama dengan hunjaman kontolnya yang semakin cepat….. “Tembakkan sekaraaaaang, Maaaasssss!”,
Mas Pur pun rebah tengkurep di atas tubuh telanjangku….. sambil nafas kami kejar-mengejar karena kelelahan… “Jangan cabut dulu, ya Maaasss sayaaaang… masih terasa enaknya… tunggu sampai semua getaran dan nafas kita reda, baru Mas Pur boleh cabut yaaa……” pintaku memelas….. kami kembali bercipokan dengan lekatnya…… kontolnya masih cukup keras, dan tidak segera loyo seperti punya mantan-mantan suamiku dulu…. “Mbak Sri sayaaaang, terima kasih banyak ya….. pengalaman pertama ini sungguh-sungguh luar biasa… Mbak Sri telah memberikan pelayanan dan pelajaran yang maha-penting untuk saya…… saya akan selalu mencintai dan memiliki Mbak Sri selamanya….” “Mas Pur cintaku, cinta itu bukan harus memiliki… tanpa kawin pun kalau setiap pagi –setalah Ibu & Mbak-mbak Mas Pur pergi kerja–, kita bisa melakukan senggama ini, saya sudah puas kok, Massss…..
Apalagi Mas Purnomo tadi begitu kuatnya, setengah jam lebih lho kita tadi bersetubuhnya, Mas! Sampai nonok saya endut-endutan rasanya tadi…..” “Aku hari ini tidak pergi kuliah, kebetulan memang ada acara untuk mahasiswa baru… jadi ndak ada kuliah…”, kata Mas Purnomo. “Nah… kalau begitu, hari ini kita kan punya banyak waktu, pokoknya sampai sebelum Ibu dan Mbak-mbak Mas Purnomo pulang nanti sore, kita main teruuuusss, sampai 5 ronde, kuat nggak Mas Pur?”, sahutku semakin menggelorakan birahinya. “Nantang ya?”
Setelah lagunya habis, “Mas sayaaang, Mbak Sri mau bangun dulu ya…. Mbak Sri harus masak sarapan untuk Mas….” “Untuk kita berdua, dong, Mbak Sri…. masak untuk dua porsi ya… nanti kita makan berdua sambil suap-suapan. Setuju?”, sambil ditowelnya tetekku, aku kegelian dan “auuuwwww! Mas sudah mulai pinter nggangguin Mbak Sri ya.., Mbak Sri tambah sayang deh”.
Meskipun nonokku sampai kewalahan disumpal dengan kontol yang begitu gede dan kerasnya — hampir sejengkal tanganku panjangnya…. wheleh.. wheleh…. “Sebelum bikin nasi goreng, nanti Mbak bikinkan Susu-Telor-Madu-Jahe (STMJ) buat Mas Pur, biar ronde-ronde berikutnya nanti Mas tambah kuat lagi, ya sayaaaaaang….” Kuambil selimut dan kututupi sekujur tubuhnya dengan selimut, sambil kubisikkan kata-kata sayangku… “Sekarang Mas Pur istirahat dulu, ya…” kuciumi seluruh wajahnya yang mirip Andy Lau itu… “Terima kasih, Mbak Sri… Mbak begitu baik sama saya… saya sangat sayang sama Mbak Sri…”.
Kupakai pakaianku lagi, segera aku lari ke dapur dan kubuatkan STMJ untuk kekasihku…. setelah STMJ jadi, kuantarkan lagi ke kamarnya, “Mas Pur sayaaaang…. mari diminum dulu STMJ-nya, biar kontolnya keras kayak batang kayu nanti, nanti Mbak Sri ajari lagi gaya-gaya yang lain, ada gaya kuda-kudaan, anjing-anjingan, gaya enam-sembilan (69), dan masih ada seratus gaya lagi lainnya, Masssss,” kataku membangkitkan lagi gelora birahinya… selesai minum diciuminya bibirku dan kedua pipiku…. dan Mas Purnomoku, cintaanku, tidur lagi dengan tubuh telanjang dilapisi selimut.
Aku segera kembali ke tempat biasanya aku mencuci pakaian majikanku, menyapu rumah dan mengepelnya.. semua kulakukan dengan cepat dan bersih, supaya tidak ada ganjelan utang kerjaan pada saat bersenggama lagi dengan Mas Purnomo nanti….